Minggu Panggilan: Sarana Pewartaan
Minggu Panggilan Sekolah St.Yakobus 13-14 Mei 2023
Perjumpaan dalam minggu panggilan ini adalah sarana untuk mewartakan Kristus dan bersaksi akan hidup membiara
30 April yang lalu merupakan hari yang sangat membahagiakan bagi umat katolik. Pasalnya di hari itu para religius dan umat sekalian berjumpa dalam sukacita minggu panggilan. Tak dapat dipungkiri minggu panggilan adalah momen yang sangat berkesan karena secara khusus umat beriman diajak untuk terbuka menjawab panggilan Tuhan.
2 Minggu berlalu sukacita minggu panggilan tidak usai. Terutama bagi sekolah dan paroki St. Yakobus, Kelapa Gading yang baru saja melaksanakan acara minggu panggilan pada 13-14 Mei yang lalu. Para religius dari berbagai kongregasi dan para seminaris Wacana Bhakti berkumpul untuk memeriahkan acara ini. Tidak lupa anak-anak St. Yakobus dari SD – SMA turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Kami para Frater Skolastikat Xaverian tentu mengindahkan undangan untuk menghadiri kegiatan ini. Karena bagi kami minggu panggilan merupakan sarana yang tepat untuk memperkenalkan Kristus dalam semangat St. Guido Maria Conforti kepada banyak orang.
Tahun ini cukup berbeda. Sebelumnya kegiatan minggu panggilan hanya dijalankan satu hari saja. Kali ini diadakan juga live in yang menurut saya sangat tepat untuk membangun semangat menjawab panggilan Tuhan dalam keluarga-keluarga paroki St.Yakobus. Para frater dan seminaris Wacana Bhakti dibagi berdua-dua atau lebih untuk tinggal dirumah umat. Kalau saya boleh bercerita, perjumpaan dengan keluarga pengasuh merupakan pengalaman yang menarik. Hugo (seorang seminaris yang tinggal bersama dengan saya) dan saya senantiasa berbagi cerita perjalanan panggilan kami. Terutama bagaimana pergulatan kami dalam menjawab panggilan Tuhan. Tidak hanya kami yang bercerita, keluarga Pak Yakbus dan Ibu Iqra juga senantiasa memberikan pengalaman imannya dan perjalanan keluarga mereka yang begitu indah. Dibalik semua itu, kehangatan dan hospitalitas dari keluarga pak Yakobus senantiasa membuat saya merasa dianggap sebagai keluarga. Sukacita ini pada akhirnya tak berhenti hanya disana. Mendengar pengalaman live in konfrater membuat saya semakin bersukacita. Seperti contoh Fr. Ferdinan, SX yang mengatakan bahwa ia sungguh bersukacita ketika membagikan pengalamannya sambil makan malam yang sederhana.
Pada hari minggunya kami memiliki acara yang cukup padat. Pagi harinya, para religius memperkenalkan kongregasinya kepada siswa-siswi St.Yakobus. Cara memperkenalkannya pun tidak biasa. Para religius diminta untuk membuka stand dan kemudian para siswa-siswi yang sudah dibagi ke beberapa kelompok datang untuk bertanya dan mendengar penjelasan para religius. Para Xaverian dibagi menjadi dua kelompok dan diluar perkiraan ternyata kesempatan ini sangat efektif untuk memperkenalkan lembaga-lembaga religius. Saya menyoroti bahwa tidak hanya para religius yang aktif memperkenalkan kongregasi mereka melainkan juga para siswa yang turut bertanya. Saya sungguh kagum dengan antusias para siswa yang tidak ada hentinya bertanya, frater pernah galau ya? Frater punya pacar gak? Coba ceritain kenapa frater mau menjadi frater?. hahahaha memang sungguh menarik melihat antusia siswa-siswi St. Yakobus.
Setelah acara pagi kami mengadakan pentas seni. Saya pikir disitulah acara yang sangat seru. Setiap religius dari berbagai kongregasi menyiapkan acara kesenian yang tentunya sangat kreatif. Ada yang bernyanyi, mengajak berdinamika dengan siswa-siswi, gerak dan lagu, ataupun drama singkat. Tentu saya tidak akan melupakan penampilan dari seminaris Wacana Bhakti yang sangat bersemangat dan penuh energi menyanyikan kami seminaris Wacana Bhakti……
Segala rangkaian kegiatan minggu panggilan ditutup dengan perayaan Ekaristi bersama. Para religius bertugas sebagai koor diiringi dengan orkestra yang begitu indah dari seminaris Wacana Bhakti. Romo Heri Santoso, Pr selaku kepala paroki kelapa Gading tentunya mengingatkan kepada para muda mudi untuk mencoba mencari panggilan yang Tuhan berikan kepada mereka. Romo Heri senantiasa menyoroti bahwa panggilan bisa saja berbeda-beda dari setiap siswa siswi tapi semua itu juga harus diselimuti dengan sikap terbuka untuk menjawab panggilan Tuhan terutama dalam panggilan khusus menjadi biarawan-biarawati. Tidak lupa, Romo Heri juga mengingatkan kepada para orangtua untuk secara murah hati memberikan anak mereka kepada Tuhan sebagai pelayan Gereja. Menurut Romo Heri hal ini juga menjadi poin yang penting dalam perjalanan panggilan anak muda. Setelah merayakan perayaan Ekaristi, kami berfoto bersama dan berpamitan dengan keluarga, peserta dan juga dengan para religius lainnya.
Dapat saya simpulkan bahwa pengalaman minggu panggilan kali ini sangat menarik. Terutama karena pengalaman ini adalah pengalaman perjumpaan. Pertama-tama tentu perjumpaan dengan keluarga yang menerima kami dirumah mereka. Terkhusus keluarga pak Yakobus dan ibu Iqra berserta anak-anaknya yang mau menerima saya. Selain itu, saya juga bersyukur karena dapat bertemu dengan para religius lainnya. Berbagi cerita dan pengalaman yang ternyata begitu menggembirakan. Semakin meyakinkan saya bahwa hidup membiara memang merupakan suatu hal yang indah. Perjumpaan dengan para seminaris juga tidak kalah menarik. Bertemu dengan masa depan gereja membuat saya bersyukur bahwa masih ada anak muda yang berani menjawab panggilan Tuhan.
Akhir kata, saya percaya bahwa perjumpaan ini merupakan sarana yang tepat untuk mewartakan kasih Kristus dan bagaimana hidup membiara itu. Akan tetapi, meskipun kami sudah berjuang memperkenalkan dan bersaksi akan hidup membiara, tetap kami serahkan semuanya kepada Tuhan. Oleh karena Tuhanlah yang mengundang manusia untuk bekerja di ladang-Nya.
Fr. Petrus Rhein, SX – Frater tingkat 1