Renungan Mingguan – Minggu Paskah III

Menjadikan Dunia Satu Keluaga

Renungan Mingguan – Minggu Paskah III

Kis 3: 13-15

Yoh 2: 1-5a

Luk 24: 35-48

Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.

Saudara saudari sekalian selamat memasuki hari minggu paskah yang ketiga. Semoga di minggu ketiga ini kita semakin sadar akan kasih Kristus yang tampak dalam penderitaan dan kebangkitannya. Pada kesempatan kali ini izinkanlah saya untuk membagi permenungan singkat saya atas bacaan yang ditawarkan Gereja.

Pada suatu kesempatan saya pernah ditanya oleh sepupu saya “frater kenapa hanya manusia saja yang dapat masuk neraka atau surga? Saya menjawab dengan menjelaskan bahwa konsep surga neraka mengandaikan adanya kelakuan baik dan jahat. Kelakuan baik akan mengarahkan kita pada surga dan kelakuan jahat mengarahkan kita pada dosa dan kemudian neraka. Lalu mengapa kita dapat berlaku baik atau berbuat jahat ? Itu semua karena baik perilaku baik atau jahat mengandaikan adanya kebebasan. Hanya manusialah yang memiliki kebebasan. Ketika hewan melakukan segala sesuatu dengan insting. Manusia melakukan atas dasar kebebasan dan kesadarannya. Sayangnya kebebasan ini memiliki konsekuensi bahwa manusia malah menjauhkan diri dari Allah dalam segala bentuk konkritnya. Hal inilah yang kemudian menimbulkan pertanyaan “lalu mengapa Allah membiarkan atau memberikan kebebasan itu kalau pada akhirnya membuat manusia bisa menjauh dari-Nya?”.

Pertanyaan ini ternyata sering juga dipertanyakan oleh umat katolik atau mungkin anda sendiri. Jawabannya sederhana. Bagi umat katolik, kebebasan manusia adalah anugerah. Allah memberikan kebebasan itu agar manusia dapat mencari dan mencintai Allah atas dasar kesadarannya sendiri sehingga tanpa paksaan. Allah orang katolik adalah Allah yang mau dikenal, yang mau merendahkan dirinya agar manusia dapat berjumpa dan merasakan langsung kasih Allah. Dia yang sengsara, disalibkan dan wafat di kayu salib. Semua itu demi kasih-Nya kepada seluruh umat manusia. Seperti dalam bacaan pertama, meskipun Yesus ditolak, tidak diterima dan bahkan kalah saing dari Barnabas yang merupakan penjahat, Allah melalui Yesus tetap mencintai umat-Nya.

Mungkin saja Allah murka. Akan tetapi, Allah tidak mau secara otoriter memaksa manusia untuk mencintai dan melakukan perintahNya. Allah ingin agar manusia dengan kebebasannya menanggapi kasih Allah itu. Maka pada masa kebangkitan Kristus yang menjadi inti iman katolik, kita patut bertanya apakah aku sudah mencintai Allah dengan kesadaran dan kebebasanku? Atau aku hanya mencintai Allah karena disuruh, ikut pacar, formalitas saja ? Pertanyaan ini tentu perlu dijawab oleh setiap kita secara pribadi. Jika kita masih mengikuti Kritus hanya karena ikut ikutan tanpa ada dasar yang kuat maka kita perlu mengubah itu. Kita perlu mencari tahu sendiri alasan mengapa kita mau mengikuti Kristus. Kita perlu mencari makna akan keimanan kita agar keimanan kita tidak menjadi iman yang kosong.

Maka mari kita renungkan bersama.

Fr. Petrus Gabriel Rheinanto – Frater Tingkat II

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.