Lazarus Pecinta Surga
Dalam dinamika kehidupan banyak orang yang membuat golongan antara yang kaya dan miskin. Seringkali penggambaran orang kaya itu menjadi ocehan setiap individu terutama mereka yang pelit. Sedangkan penggambaran orang miskin tentu saja banyak bernuansa positif. Kedua hal ini menjadi titik perhatian bagi orang-orang pecinta kemurahan hati. Hal ini diungkapkan demikian karena paling fundamental bahwa orang-orang miskin memiliki tempat dalam Kerajaan Allah, bahkan mereka dikategorikan sebagai orang yang istimewa. Oleh karena itu, bacaan Injil yang ditawarkan gereja untuk direnungkan pada hari Minggu ini memuat kisah “Lazarus seorang yang miskin.” Dalam bacaan injil ini, Lazarus digambarkan sebagai figur yang miskin, pengemis, dan badannya penuh borok. Selain Lazarus si miskin, dalam injil juga memuat penggambaran seorang kaya. Orang kaya ini berpakaian jubah, halus, dan selalu hidup dalam kemewahan. Lazarus yang berbaring di depan pintu rumah si kaya ini hanya sebuah kehampaan. Lazarus hanya bisa mengambil remah-remah nasi yang jatuh dari meja si kaya tersebut. Dalam pada itu, ekstrimnya adalah borok dari Lazarus dijilat-jilat anjing.
Kehidupan Lazarus tentu saja diwarnai dengan ekstrim kemiskinan. Problem ini menjadi hal paling fundamental terjadi dalam diri Lazarus. Dalam diri seorang kaya dalam bacaan injil tentu saja tidak ada belas kasihan hanya mementingkan diri dan kehidupannya. Tampaknya Lazarus terpuruk dalam lubang yang dalam sehingga mata hati si kaya seolah-olah buta. Akan tetapi, Lazarus disinari oleh terang cinta Tuhan sehingga dalam penglihatannya, Tuhan menjanjikan satu esensi di kehidupan Surga. “Tetapi Abraham berkata, Anakku, ingatlah! Engkau telah menerima segala yang baik semasa hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat penghiburan dan engkau sangat menderita.” Janji Tuhan tentu saja menjadi satu realitas sebab kesaksian hidup Lazarus di dunia pengejawantahan Kerajaan Surga.
Sering kali kita tidak sadar akan besarnya pengaruh dari nilai belas kasih dan pengampunan dalam hidup sehari-hari. Kita hanya menaruh perhatian pada nafsu, kesenangan pribadi, sehingga seolah-olah tidak ada orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Dalam bacaan injil hari ini, Tuhan mengajak kita untuk merenung lebih dalam arti serta penerapan belas kasihan, kemurahan hati, dan pengampunan. Kita bisa belajar dari Lazarus yang hadir di hadapan Tuhan sebagai seorang yang hampa, miskin, dan hanya mengharapkan belas kasih Tuhan. Semoga kita menaruh perhatian khusus terhadap orang miskin dan menjadi tangan-tangan Tuhan untuk berbagi, menjadi saksi, serta peduli terhadap sesama yang menderita. Kita juga diajak untuk mengoptimalkan daya pengampunan yang berasal dari Tuhan untuk saling mengampuni satu dengan yang lain walaupun mereka dianggap terpinggirkan. Maka, pertanyaan refleksi untuk kita adalah apakah aku sudah bisa menjadi tangan Tuhan untuk berbagi dan mau mengampuni orang lain? Tuhan Yesus memberkati!
Fr. Ignasius Tobing, SX