Menanti Kedatangan-Nya dengan Penuh Suka Cita dan Kasih

Menjadikan Dunia Satu Keluaga

Menanti Kedatangan-Nya dengan Penuh Suka Cita dan Kasih

Saudara-saudari terkasih dalam Yesus Kristus, hari ini kita memasuki Minggu Adven I. Tentu kita sudah tahu arti Adven. Secara sederhana Adven berarti masa yang dikhususkan Gereja untuk menanti kedatangan Sang Juruselamat, Imanuel. Dengan memasuki masa ini, kita telah mengakhiri tahun liturgi pada tahun ini.

 Bacaan yang ditawarkan hari ini cukup menarik sekalipun itu berbicara mengenai kedatangan-Nya dan itu terdengar menakutkan. Dalam sabda-sabda yang disampaikan hari ini digambarkan suatu masa dengan tanda-tandanya ketika Seorang yang dijanjikan itu datang sebagai Penyelamat mereka yang percaya. Namun kali ini saya mengajak saudara-saudari untuk masuk pada permenungan dari Injil Lukas hari ini.

“Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa….” Suatu isyarat bagi kita untuk senantiasa hidup dalam Dia yang akan datang. Sekalipun penggambaran akan masa itu terdengar menakutkan namun sebagai orang beriman hendaklah kita memandang itu sebagai suatu suka cita. Sebab memang kita ini sudah diselamatkan oleh-Nya dan dengan darah-Nya kita telah disucikan. Berjaga-jaga. Kita dituntut untuk senantiasa menyadari diri kita sebagai orang yang ditebus. Sebagai orang yang ditebus kita diajak untuk hidup selaras dengan penebusan itu. Tidak mungkinlah kita sebagai orang yang ditebus berlaku hidup sama dengan orang yang tak beriman dan yang tidak memercayai Yesus yang adalah Sang Penebus dan Tuhan. Alangkah sia-sia penebusan itu jika kita tak menyambutnya dengan semestinya yakni dengan kasih dan suka cita. Sebagai contoh tidak mungkinlah saya menyakiti perasaan orang tua saya dengan hidup jauh dari nasihat-nasihat mereka. Alangkah berlimpah kasih setia yang mereka limpahkan atas diriku dan tidak mungkinlah saya menjauh dari semua itu. Saya mestinya bersukacita dengan semua yang saya terima dari mereka.

Demikian juga dengan Dia, Sang Penyelamat. Kita mestinya hidup dengan suka cita. Tidak mungkinlah kita menyia-nyiakan semua rahmat penebusan itu. Jika kita tidak bersukacita, bisa dibayangkan kesedihan hati-Nya yang telah mengorbankan segalanya demi kita. Ibarat seorang sahabat, Ia akan bersedih hati jika kita mengkhianati Dia dengan hidup tapi tak bersukacita. Sebab dengan demikian kita tidak menerima dan menghargai segala pengorbanan-Nya.

 Bagaimana kita dapat menyenangkan hati-Nya? Lewat permenungan saya ada dua hal yang perlu kita lakukan. Pertama, kita hidup bersukacita dan penuh kasih. Untuk hidup penuh suka cita maka kita tak bisa lepas dari pengharapan. Karena dengan hidup berpengharapan kita senantiasa ‘menggantungkan’ hidup kita seutuhnya pada-Nya. Kita menyerahkan diri kita secara total pada-Nya dengan keyakinan bahwa Ia akan datang dan menepati janji-Nya. Dengan demikian hati kita tak lagi diliputi ketakutan dan kecemasan. Hidup kita akan memancarkan suka cita dan dapat menjalani hidup sesuai ajaran-Nya. Kedua, hidup penuh kasih. Kasih ini adalah ciri khas dari kehidupan kita sebagai pengikut Kristus. Deus Charitas Est. Allah adalah Kasih. Ini suatu tugas yang berat. Sebab untuk hidup penuh kasih kita mesti lebih mendahulukan kepentingan orang lain dibanding diri kita sendiri. Di sini kita butuh rahmat yang besar. Kita harus senantiasa belajar dari-Nya dan mendengarkan-Nya. Untuk itu dibutuhkan relasi yang mesra dengan Dia lewat doa.

 Dalam doa-doa itu, kita dapat menghidupkan imajinasi kita. Ketika berdoa kita membayangkan diri kita berbicara dengan seorang sahabat. Ini bukanlah jalan satu- satunya untuk dekat pada-Nya, tapi saya percaya ini adalah salah satu jalan untuk mencapai itu. Kita bebas berbicara dan mendengarkan Dia juga berbicara dalam hati kita. Dan hasil dari kasih itu akan tampak lewat hidup kita yang murah hati membantu saudara-saudari yang berkekurangan. Membantu mereka yang terpinggirkan, korban ketidakadilan, dan memberi diri kita tampa pamrih bagi orang-orang yang membutuhkan kita. Lewat dua cara di atas kita dapat memenuhi firman “berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa….” Hidup kita akan penuh dengan suka cita dan senantiasa berharap akan Dia. Untuk hidup penuh kasih dapat kita capai lewat doa, menjadi pribadi yang selalu terhubung dengan-Nya. 

Dengan demikian, kita bukan lagi orang yang takut mendengar hari kedatangan itu. Sebab kita percaya bahwa kita sudah diselamatkan dan ketika hari itu tiba kita akan mencicipi rahmat yang dijanjikan Allah pada kita. Dalam keseharian juga kita akan hidup dengan suka cita dan kasih, jauh dari ketakutan, kecemasan dan perasaan-perasaan lain yang mengikis pengharapan kita akan Dia. Maka saudara-saudari, mari kita coba untuk membangkitkan kembali semangat kita di masa Adven ini. Kita coba untuk senantiasa bersuka cita dalam pengharapan dan kasih. Agar kita siap ketika hari itu tiba dan kita mampu bertahan menatap pancaran kasih-Nya yang begitu indah. Semoga masa Adven ini menjadi masa yang penuh kasih dan berlimpah rahmat bagi kita semua. Semoga Tuhan menghendaki segala rencana baik kita, melindungi keluarga kita serta memampukan kita melewati tantangan hidup masing-masing. Semoga. Amin.

Daniel Natalius Munthe, SX

Leave a Reply

Your email address will not be published.