HUJAN-PELANGI-HUJAN…?

Menjadikan Dunia Satu Keluaga

HUJAN-PELANGI-HUJAN…?

HARI RAYA PENTAKOSTA

Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus” (Yoh. 20:22)

 

Kadang saya merasakan semangat yang tidak biasa, kadang juga kekeringan. Perasaan semacam itu biasa disebut sebagai pengalaman konsolasi, temannya adalah desolasi. Saya sebut ‘teman’ karena pengalaman konsolasi dan desolasi itu tidak bisa dipisahkan. Orang yang mengalami konsolasi pasti mengalami desolasi terlebih dahulu. Seperti ketika orang mengatakan, “Oh, hari ini aku bahagia sekali”, berarti kita paham bahwa sebelumnya ia tidak bahagia.

Baiklah, saya beri sedikit penerangan biar jelas, tapi bukan karena saya lagi sok tahu. Penerang yang saya gunakan di sini adalah sebuah lilin, anda harus paham saya masih frater. Maka saya hanya ingin memperkenalkan bukan mengajari. Mari saya ceramahi sebentar. Jadi begini, pengalaman konsolasi dan desolasi, suka dan duka, bahagia dan tidak bahagia, tangis dan tawa, kita tidak bisa memilih hanya salah satu dari mereka, meskipun kita cenderung lebih ingin memilih yang baiknya saja. Tindakan yang paling mungkin membuat hidup saya lebih bermakna adalah dengan menerima keduanya. Tentu saja tidak semudah itu. Kenapa harus menerima keduanya? Karena kita tidak bisa mengatakan, “sekarang aku bahagia, dan bahagiaku ini tidak akan pernah berakhir”. Pengalaman hidup saya mengajarkan bahwa ketika saya merasakan konsolasi atau bahagia, akan ada waktunya desolasi (kekeringan) atau ketidakbahagiaan itu datang tak terduga, dan ketika saya merasakan desolasi atau tidak bahagia, akan ada juga waktunya untuk saya mengalami penghiburan atau perasaan bahagia tak terduga juga. Maka jelas bahwa mereka tidak bisa diatur, mereka seperti memiliki jadwal sendiri.

Dalam Injil hari ini ketika Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya, apa yang para murid rasakan sebelum Yesus datang ke tengah-tengah mereka dan membuat mereka sungguh bersukacita? Ya, mereka ketakutan sampai menutup semua pintu di tempat mereka bersembunyi. Lihat, ketakutan berubah menjadi sukacita. Nah, apakah para murid tahu jadwal kedatangan Yesus saat itu? Tidak, tetapi mereka percaya bahwa Yesus akan datang meski mereka sendiri tidak tahu waktunya. Dan ketika mereka dipenuhi oleh Roh Kudus, yang membuat mereka berkata-kata dalam banyak bahasa, membuat orang-orang Yahudi tercengang, kemudian Yesus mengutus mereka ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil, apakah sukacita yang mereka rasakan saat itu selalu ada selama menjadi rasul? Tidak, justru mereka mengalami banyak penganiayaan sampai menjadi martir. Lalu, apa yang terjadi setelah mengalami kemartiran? Mereka telah menjadi pelindung dan pendoa bagi kita masing-masing.

Setelah hujan ada pelangi, setelah pelangi hujan lagi, hujan lagi belum tentu akan ada pelangi, bisa saja banjir. Sekarang kita tidak menduga si virus Corona itu datang, dan sampai saat ini juga kita tidak tahu kapan ini akan berakhir. Kita hidup dalam ketakutan, kekuatiran, mengurung diri di rumah, kehilangan pekerjaan, kehilangan orang yang kita cintai, tidak bisa mudik. Itu sangat menyakitkan. Namun, sebagai orang beriman kita tetap harus percaya bahwa ada sesuatu yang menunggu kita setelah wabah ini berakhir. Maka dalam situasi sulit ini harusnya makna kehadiran Roh Kudus itu lebih mendalam. Yesus memberikan kita penghibur, terimalah. Kita yang tinggal di dalam hati-Nya, memenuhi kita dengan Roh dan cinta-Nya.

Tuhan memberkati,

Fr. John Sarorougot, SX

Leave a Reply

Your email address will not be published.