ASSEMBLEA SX 2014: “BERTOLAK KEMBALI DARI PEWARTAAN PERTAMA“
Dari berbagai penjuru tanah air, para Xaverian berkumpul dalam perhelatan akbar assemblea 2 tahunan Serikat Xaverian yang diselenggarakan di Rumah Retret Canossa Bintaro, 06-10 Januari 2014. Sejumlah 36 pastor, 6 frater TOMER (Tahun Orientasi Misioner), dan 12 frater filosofan tingkat IV menyatu dalam semangat persaudaraan untuk kembali merefleksikan perjalanan Serikat Xaverian Regio Indonesia.
Tema assemblea kali ini adalah “Bertolak Kembali Dari Pewartaan Pertama”. Tema ini searah dengan hasil kapitel Serikat Xaverian yang digelar tahun 2013 yang lalu dan semangat evangelisasi baru yang semakin bergema dalam tubuh Gereja Katolik Roma saat ini.
Senin, 06 Januari 2014
Para konfrater Xaverian dari berbagai komunitas Xaverian se-Indonesia bergabung dalam pertandingan bola sepak di
lapangan Wisma Xaverian Novisiat Bintaro yang terletak tidak jauh dari Rumah Retret Cannosa. Pertandingan berlangsung dari pukul 15.15—17.20 WIB. Vesper pembuka assemblea diadakan pada pukul 18. 30 WIB di Kapel Rumah Retret Cannosa Bintaro. Lalu makan malam bersama pada pukul 19.00. Berhubung banyak konfrater yang masih kelelahan, tidak ada acara terpimpin setelah makan malam.
SELASA, 7 JANUARI 2014
Acara utama pada hari ini adalah rekoleksi pembuka assemblea yang dibawakan oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo. Acara dimulai pada pukul 09.00 WIB yang didahului oleh pengantar singkat dari P. Anton Wahyudi,SX, Provinsial Serikat Xaverian regio Indonesia.
Mgr Ignatius mengangkat tema “Evangelisasi Baru Dalam Rangka Pewartaan Iman” yang berisikan beberapa poin, antara lain:
Kapan “Evangelisasi Baru” mulai ramai dibicarakan?
Istilah Evangelisasi Baru dipakai pertama-tama dalam rangka 500 tahun penginjilan di Amerika Latin. Istilah itu mulai ramai dibicarakan pada tahun 1983 ketika Paus Yohanes Paulus II menghadiri upacara di Haiti. Beliau menyatakan, “Peringatan 500 tahun evangelisasi hanya akan mempunyai makna sepenuhnya apabila disertai dengan komitmen Anda semua, bukan dengan komitmen reevangelisasi, tetapi dengan evangelisasi baru, dalam semangatnya, dalam metodenya dan dalam ungkapan2nya.”
Menafsirkan Evanggelisasi Baru
Mgr Suharyo menafsirkan “semangat baru” dalam “evangelisasi baru”, antara lain sebagai kerelaan, kesiapsediaan, dan komitmen baru untuk mewartakan Injil (lih. Kis 4:23-30). Ada Spiritualitas baru yang digunakan yaitu spritualitas inkarnasi, kenabian, dan hidup bersama. Spiritualitas baru ini bergerak dari pemahaman bahwa Allah turut hadir dalam seluruh dinamika realitas kehidupan beserta kecemasan-kecemasannya. Spiritualitas inkarnasi menyangkut 3 dimensi: afektif devosional, intelektual, dan “ketubuhan” (terwujud dalam tindakan). Aspek afektif devosional mendorong satu semangat baru misalnya, doa mohon kecemasan sebagai satu komunitas, satu gereja yang tidak merasa nyaman begitu saja dengan kenyataan yang ada. Aspek intelektual menggerakkan kita untuk memahami cara dunia yang ada supaya kita melihat jalan-jalan untuk mengubahnya. Aspek “ketubuhan” mewujud dalam tindakan konkret menghadapi realitas kehidupan.
Sementara hakikat kenabian dalam Gereja mengalir dari hakikat seorang nabi yang adalah pribadi yang sehati dan sepikir dengan Allah. Kedua, bahwa seorang nabi itu tidak pernah lari dari realitas kehidupan bangsanya. Ini menyangkut kemampuan untuk membaca dan menganalisis zaman.
Yang ketiga dari spiritualitas baru adalah kehidupan bersama seperti digambarkan dalam komunitas jemaat perdana dalam Kisah Para Rasul bab 4. Namun, untuk membangun komunitas yang sejati, orang harus siap menjadi martir.
Dialog Sebagai Tuntutan Mutlak
Mgr Suharyo juga menyinggung Konferensi Uskup Asia (FABC) yang berbicara tentang tiga lapis dialog yang merupakan tuntutan mutlak di Asia. Pertama, dialog dengan agama-agama. Khusus untuk Indonesia, tantangan kesadaran sebagai orang beragama adalah mengapa di Indonesia rumah-rumah ibadah bertambah banyak dan semakin meriah, tetapi kekerasan dan korupsi juga semakin marak. Kedua, dialog dengan kemiskinan dan dialog dengan budaya.
Kesimpulan: Yoh 4:5-42
Gereja yang berevangelisasi baru harus menjadi seperti Yesus yang duduk di pinggir sumur untuk berjumpa dengan orang-orang yang membawa tempayan kosong tetapi tidak tahu apakah air itu bersih atau kotor. Gereja harus mendampingi manusia-manusia zaman sekarang yang mencari air hidup hingga sampai pada pertanyaan wanita Samaria itu: mungkinkah dia itu Kristus? Dan sampai pada orang-orang kota yang mengaku “kami percaya tetapi bukan karena engkau, melainkan karena kami telah menemukan Dia…”
Kebersamaan dengan Mgr Suharyo dilanjutkan dengan Misa bersama pada pukul 11.30 dan makan siang bersama.
Penyampaian Direksi Provinsi
Pada pukul 16.30 Dewan Direksi Provinsi memaparkan perkembangan Serikat Xaverian regio Indonesia dengan tema
“Bertolak dari Pewartaan Pertama”. P. Anton Wahyudianto, SX memaparkan bahwa sesuai dengan mandat Kapitel XV SX pada 2013 lalu, kita diajak untuk kembali kepada pewartaan pertama dan mengatur strategi untuk mewujudkannya dalam kebijakan pastoral. Pewartaan pertama artinya pemakluman nyata Kristus kepada orang yang
kita jumpai dan dilayani. Jadi Kristus-lah yang pertama dan utama pewartaan kita, bukan sesuatu diri sendiri, organisasi dan lain-lain.
Berbagai pelayanan yang telah dilakukan para Xaverian regio Indonesia juga dipaparkan termasuk yang dijalankan di 9 paroki yang tersebar di wilayah sumatra dan Jakarta. Semangat hidup berkomunitas juga diingatkan kembali agar semangat mengeluarga semakin dikenal oleh banyak orang. Tentang Animasi misioner panggilan kita mesti berusaha agar untuk menyebarluaskan injil kepada semakin banyak orang dan harus lebih aktif dalam menganimasi kaum muda. Hal itu merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama.
Pukul 20.00 semua konfrater bergabung dalam nonton film bersama. Acara yang dikordinir P. Rubianto, SX ini berhasil memukau penonton berkat film tentang dialog antaragama “Where We Go?”.
RABU, 8 JANUARI 2014
Kegiatan assemblea hari ketiga diwarnai dengan diskusi-diskusi ringan penuh persaudaraan seputar perwujudan Pewartaan Pertama dalam semangat triple dialog (agama, budaya, dan kemiskinan) dan hal konkret yang relevan bagi Serikat Xaverian Regio Indonesia saat ini.
Berikut adalah rangkuman hasil diskusi dan presentasi kelompok:
Aspek Rohani: Afektif-Devosional
1. Jika mutu kehidupan pribadi rendah dan membosankan, pewartaan pun tidak kreatif,liturgi kurang menyentuh perasaan dan memikat umat sehingga tidak menyentuh kehidupan orang.Bias terjebak dalam rutinitas sehari-hari.
2. Bagaimana Gereja kita menjadi lebih misioner?
3.Keberanian meninggalkan zona aman untuk menemukan terobosan baru yang lebih menantang.
Aspek Intelektual: Analisis realitas konkret
- Gereja yg institusional bisa saja menghilangkan semangat pastoral pelayanan; agama hanya soal keanggotaan. Krisis iman umat (OMK belum mengkonkretkan iman dalam hidup sehari-hari, situasi keluarga yang kurang kondusif, kurang ada waktu rohani keluarga, umat yang terlalu bergantung pada sosial karitatif dan pemberian, krisis panggilan, dan budaya Korupsi).
- Bagaimana menyikapi kehadiran agama lain?
- 3. Bagaimana menyikapi arus globalisasi, kuatnya pengaruh media massa serta elektronik (TV, internet) yang bisa mengurangi ketertarikan orang pada masalah agama; kurangnya antusiasme umat terhadap tawaran pastoral.
- 4. Perlu terbuka dengan tantangan baru dari segi politik, agama, ekonomi, multi-etnis. Perlu mengetahui budaya dan bahasa setempat.
5. Personil (termasuk awam) yang semakin menua sehingga dibutuhkan regenerasi tenaga pastoral.
Dibutuhkan tenaga animator panggilan untuk mengintensifkan perjumpaan dengan para calon.
Tanggapan Inkarnatoris: Praksis
1.Dialog tidak hanya mempertahankan status quo dengan lembaga-lembaga dan orang-orang beragama lain yang sudah terjalin baik. Masuk zona baru dalam karya kerasulan, termasuk warga sekitar dan orang-orang kecil.
2. Ada harapan untuk Gereja yang misioner yang berpusat pada Injil, yaitu belaskasihan Tuhan, yang menerima dan memberi tempat kepada semua orang. Perlu keluar dari zona nyaman, menuju zona pinggiran (kebudayaan, agama, dan eksistensial).
3.Para Xaverian harus lebih lagi berani keluar untuk melakukan kunjungan, berdialog secara kongkret dan terbuka berkomunikasi dengan mereka yang berkunjung ke rumah kita.
Pukul 20.00-22.05, seluruh peserta beria-ria dalam acara permainan tombola yang dimotori
P. Yakobus Sriyatmoko, SX
KAMIS, 9 JANUARI 2014
Acara utama pada hari ini adalah talkshow pada pukul 08.30-10.00 WIB yang dipandu P. Rubianto, SX dengan pembicara P. Fernando Abis, P. Francesco Marini, dan P. Anton Wahyudianto. Tema utama sesi ini adalah menanggapi presentasi kelompok dan masing-masing komunitas pada hari sebelumnya.
P. Anton menegaskan bahwa kita mesti menanggapi semangat triple dialog secara aktif dalam komunitas masing-masing.
P. Marini mengajak peserta assemblea untuk searah dengan Paus Fransiskus yang mengajak Gereja untuk menjadi misioner artinya bergerak secara baru sesuai dengan sang Kristus sendiri. Pandangan baru membawa praksis yang baru. Inti dari pewartaan pertama adalah menyampaikan inti dari Injil. Iman Kristiani adalah cara hidup, bukan sekedar ajaran. Cara hidup itu diperlihatkan, bukan diajarkan. Paus Fransikus menegaskan bahwa kita mesti menampikan Injil lewat daya tarik hidup kita, bukan terutama ajaran. P. Sandro menanggapi bahwa Caritas Christi Urget Nos (Kasih Kristus mendorong kami) adalah semangat baru bagi kita.
P. Fernando Abis menyatakan bahwa gagasan yang disampaikan oleh Paus Fransikus sebetulnya searah dengan pokok-pokok yang telah dibicarakan dalam kapitel SX XV pada 2013 lalu. Tinggal bagaimana kita melaksanakannya.
Pada pukul 10.30, P. Anton, Provinsial Xaverian Indonesia membuat kesimpulan singkat tentang seluruh dinamika assemblea. P. Anton menyatakan bahwa kita mesti mempunyai komitmen untuk mengintrospeksi diri yang diungkapkan melalui cara hidup kita, khususnya dalam PHB (Peraturan Hidup Bersama). Karya kita sangat ditentukan oleh hubungan kita dengan Tuhan. Pertemuan minggguan dalam komunitas menjadi kesempatan untuk saling berbagi dan merencanakan hidup bersama. Dewan provinsi mengharapkan agar PHB dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Demikianpun dengan komitmen-komitmen yang sudah dibuat harus menjadi pendorong bagi kita dalam karya pelayanan kita. Komitmen juga bisa membawa pembaharuan dalam hidup bersama. Demi mewujudkan komitmen2 yang sudah dibuat, dibutuhkan dukungan yang mesti kita berikan kepada sesama konfrater.
Pada pukul 17.10, peserta assemblea digembirakan dengan presentasi PAX (Paguyuban Awam Xaverian) oleh pak Roland yang memperkenalkan PAX, sejarah, kegiatan dan rencana ke depan. Anggota PAX merasa bahagia karena mendapat banyak manfaat dari kegiatan yang dijalankan. Mereka semua semakin mengenal semangat Xaverian dan berusaha menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah misa pada pukul 18.00 dan makan malam bersama, peserta assemblea dan PAX bergabung dalam acara malam gembira yang dipandu Fr. Sutatno dan Fr. John. Acara berlangsung riang gembira dan penuh keharuan persaudaraan. PAX menyumbangkan sebuah drama singkat tentang hidup berkeluarga. Sementara para pastor dan frater menampilkan lagu-lagu dan permainan yang khas di tempat pelayanan masing-masing.
JUMAT, 10 JANUARI 2014
Inilah hari terakhir assemblea. Beberapa pastor telah pulang ke daerah pelayanan pada penerbangan pagi dari Bandara Soekarno-Hatta. Para pastor dan frater yang masih di Rumah Retret Cannosa merayakan Ekaristi pagi pada pukul 06.30 WIB. Misa dipimpin P. Harno didampingi P. Lupo dan P. Natty. Pada pukul 07.05 WIB, makan pagi bersama menjadi acara bersama paling akhir. Sayonara Para Konfrater, semoga selalu berbahagia berkat Kristus Sumber kehidupan dan pewartaan kita satu-satunya. Sampai jumpa di kesempatan assemblea berikutnya.
Fr. David, SX
2 Responses
Terima kasih atas informasi yang mendalam. Benarlah pepatah, “Jauh di mata, dekat di hati.” Jadi, kami yang jauh negri orang, menjadi dekat sekali di hati para Xaverian Indonesia berkat sarana web ini. Keep going on…Terima kasih banyak!!!Maraming salamat po!!!
Why?