Dalam usaha ‘Menjadikan Dunia Satu Keluarga’, saya ingin men- sharingkan pengalaman dialog antaragama yang diselenggarakan di ko- munitas kami, Komunitas Skolastikat Xaverian, di Cempaka Putih Raya 42. Sudah menjadi tradisi dalam komunitas kami mengadakan dialog an- taragama dengan tokoh-tokoh dari agama lain ataupun dari agama Katolik, dalam rangka dan maksud untuk mendalami kedekatan dengan orang luar dari Gereja Katolik. Tradisi dialog ini merupakan suatu bentuk pendi- dikan bagi calon misionaris Xaverian dan sekaligus suatu perwujudan dari impian kita semua.Manfaat Dialog
Ada beberapa manfaat besar yang kita dapatkan dalam mengada- kan kegiatan dialog antar agama di komunitas kami. Pertama, kita dapat mengenal sudut pandangan orang yang beragama lain dan dengan demi- kian mengerti dengan lebih baik agamanya. Kedua, kita mendapat kesem- patan untuk menjelaskan pandangan agama kita tentang tema-tema yang didiskusikan saat itu. Ketiga, melalui dialog kita dapat mengatasi prasangka-prasangka yang keliru terhadap orang lain dan lebih berpikir kritis dan autokritis terhadap agama lain. Kiranya benar apa yang pernah dikatakan oleh almarhum Kardinal Martini: “yang menjadi penentu di masa kini dan betul-betul memisahkan umat manusia dalam dua kelompok yang sangat berbeda adalah bukan apakah orang beriman atau tidak beriman, melain- kan apakah orang berpikir atau tidak berpikir, tertutup atau terbuka terha- dap yang lain”. Dialog membantu kita untuk ‘lebih berpikir’.
Keempat, melalui dialog kita menjalin hubungan yang akrab dengan orang yang ikut dalam dialog itu. Kelima, melalui dialog kita melihat bahwa orang lain, sebenarnya, seperti kita, orang yang berpikir, yang punya emosi, cita-cita, dan jujur. Perbedaan pandangan dalam hal agama tidak menyangkal aspek-aspek penting kemanusiaan kita. Bahkan, kadang-kadang kita dapat melihat bahwa orang dari agama lain begitu ter- buka, jujur, dan mampu mengatasi perbedaan agama dalam berjuang bagi keadilan dan martabat manusia. Dengan begitu kita menjadi sadar bahwa sebenarnya mereka juga dapat menjadi contoh bagi kita.
Dalam Konteks Dunia Masa Kini
Usaha dialog yang kecil ini, lebih penting artinya kalau kita melihat- nya dalam konteks relasi agama-agama dalam dua persoalan yang dihadapi oleh dunia modern. Pertama: perdamaian. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, umat manusia mencapai kemampuan untuk membinasakan kehi- dupan di Bumi dengan menciptakan senjata nuklir dan kimia. Hampir se- tiap hari kita dapat melihat bahwa ada orang yang tidak segan membunuh orang lain dengan ‘alasan’ perbedaan mereka. Andaikata orang-orang itu mendapat senjata pemusnahan masal, maka mereka tidak akan ragu-ragu memakainya. Perdamaian merupakan suatu perjuangan yang tak pernah selesai dan pantas menjadi target setiap agama. Menciptakan suasana da- mai di semua tingkat dan lingkungan kehidupan manusia adalah tugas setiap agama. Bahkan, bisa dikatakan bahwa kemampuan menciptakan kedamaian adalah suatu tanda kehadiran Tuhan dalam agama tertentu.
Persoalan besar yang kedua adalah penyelamatan dunia sebagai habitat kita manusia dan ciptaan lain (ekologi). Seperti diketahui, sekarang umat manusia sedang memakan modal biologis Bumi kita ini. Ke- hidupan di Bumi tergantung dari beberapa faktor penting, seperti udara, air, tanah, dan energi. Kalau faktor-faktor ini habis atau rusak, kehidupan akan terganggu dan bahkan bisa lenyap. Kedua persoalan ini harus mendapat perhatian semua orang, bahkan semua agama. Agama tidak boleh mengatakan: itu bukan soal kami! Jawaban ini menghilangkan legitimasi suatu agama sebagai rahmat bagi semua makhluk.
Setiap agama pantaslah dinilai menurut keterbukaan dan kerjasa- ma guna memecahkan persoalan-persoalan kehidupan masa modern ini. Hal ini berarti bahwa, sejauh suatu agama ikut membangun umat manu- sia yang berdamai, menyatukan yang berbeda, dan berusaha melestarikan bumi, sejauh itu pula agama itu merupakan berkat dari Tuhan. Jadi, dialog antaragama yang kita lakukan mau melayani rencana Allah yang ingin menyatukan umat manusia dari berbagai latar-belakang dan meles- tarikan bumi.