Renungan Th.B Minggu Biasa V

Menjadikan Dunia Satu Keluaga

Im. 13:1-2,44-46Mzm. 32:1-2,5,11;1Kor. 10:31 – 11:1Mrk. 1:40-45 

“Pelayan Untuk Semua”

IMG_0054

Fr.Risko siap diutus menjadi Pelayan

Seseorang yang mengatakan dirinya Kristiani sejati adalah pribadi yang hidup sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan, lebih khususnya lagi yang memberikan seluruh diri sebagai pelayan bagi sesama. Seorang pelayan yang baik terlihat ketika dia melayani dengan seluruh diri, tanpa embel-embel maupun tujuan tertentu. Pelayanan yang demikian hanya didasari oleh rasa kasih yang sungguh besar yang merupakan ciri khas seorang Kristiani sejati. Tentu sebagai seorang pengikut Yesus, tidak dapat dielakkan bahwa semangat melayani yang kita peroleh sumbernya dari Yesus sendiri. Yesus menunjukkan suatu pelayanan yang tidak mengenal batas. Bahkan Dia rela menanggalkan statusnya sebagai Putera Allah hanya untuk melayani manusia. Salah satu contoh nyata yang bisa kita lihat, yakni saat Dia membasuh kaki murid-murid-Nya (Yohanes 13: 5).

Bacaan Injil Minggu Biasa V juga memperlihatkan Yesus yang terus dan mau melayani, bahkan yang lebih uniknya lagi, pelayanan-Nya tidak terbatas pada subyek, waktu maupun tempat tertentu. Dalam ayat 32, kita dapat melihat bahwa ketika selesai menyembuhkan ibu mertua Petrus, Ia juga menyembuhkan banyak orang yang menderita sakit dan kerasukan setan. Dan ketika kita membaca ayat 37, kita juga melihat dari jawaban Yesus bahwa pelayanan-Nya tidak hanya terpusat di satu tempat, tetapi juga pergi ke kota-kota lain. “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil. Dari kedua ayat ini secara tidak langsung kita dapat melihat bahwa pelayanannya Yesus tidak hanya terpusat pada orang, waktu maupun tempat tertentu, tetapi bagi semua orang. Dia menjadi pelayan untuk semua.

Sebagai pribadi yang sungguh beriman kepada Yesus, kita pun dapat belajar dari Yesus. Seringkali, kita masih sulit untuk melayani atau menjadi pelayan bagi sesama. Kita lebih suka dilayani daripada melayani. Kadang-kadang sikap egoisme kita lebih besar, sehingga mengaburkan hakekat utama kita sebagai seorang Kristiani yang mau mengasihi dan melayani. Tentunya kita senantiasa membutuhkan rahmat dari Tuhan, sehingga kita dapat melepaskan ego maupun kepentingan diri sendiri dan berusaha mengusahakan kepentingan bersama.

Saya yakin dan percaya bahwa meskipun sikap egoisme ada dalam diri kita, paling tidak kita pernah melayani sesama kita yang membutuhkan bantuan dari kita. Ketika mengatakan bahwa ‘saya sudah melayani’, kita pun harus kembali merefleksikan diri, apakah pelayan yang selama ini dilakukan masih memiliki syarat-syarat, misalnya saja waktu, situasi, tempat, ataupun motivasi pelayanan dengan iming-iming mendapat imbalan. Karena, jika pelayanan yang kita lakukan selama ini masih dipenuhi dengan persyaratan yang demikian, kita belum menjadi orang Kristiani sejati.

Injil hari ini memberikan suatu pemahaman baru bahwa pelayanan kita harus penuh, tanpa ada syarat-syarat. Kita harus berani melampui zona nyaman kita, karena kita dipanggil untuk menjadi pelayan bagi semua. Seorang Misionaris Xaverian adalah seorang yang dipanggil unutk menjadi pewarta kabar gembira bagi orang-orang yang belum mengenal-Nya. Otomatis ini menjadi tugas yang mulia, karena kita dipanggil unutk berani ke luar dan menjangkau semua orang, tidak hanya melayani orang-orang Kristiani saja, tetapi juga mereka yang bukan Kristiani yang menjadi tujuan tugas dan pewartaan kita. Kita berysukur karena kita semua terus dibimbing dan dituntun oleh Roh-Nya yang kudus sehingga kita dapat terus berjalan menjadi pelayan yang pantang menyerah. Pelayan bagi semua. Amin

God Bless You Always

(Fr. Risko, SX)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

%d bloggers like this: