RENUNGAN MINGGU PRAPASAKAH V

Menjadikan Dunia Satu Keluaga

Bac.I Yeh. 37:12-14

Bac. II Rm. 8:8-11

Injil Yoh. 11:1-45

Jesus, Sang Gembala yang Baik

Saudara/i yang terkasih dalam Kristus Tuhan. Selama beberapa menit ini saya akan membagikan suatu permenungan yang saya hayati selama masa Prapaskah dan dalam rangka menyambut perayaan Paskah nanti.

Mungkin dalam kehidupan sehari-hari ditengah keberagaman kepercayaan di bangsa kita ini, kita  mungkin pernah mendengar pandangan-pandangan seperti ini : “ saya tidak mau menyembah Tuhan yang membunuh anak-Nya sendiri. Allah orang Kristen itu  penguasa yang haus darah karena membunuh anaknya sendiri di atas kayu salib. Yesus mati di salib itu karena untuk memenuhi kehendak Allah bapa.’’

Sebagai orang kristen ketika mendengar perkataan seperti ini, mau tidak mau, percaya atau tidak percaya, pertanyaan seperti ini akan dijumpai dan perlu untuk menjelaskannya kepada mereka.

Lantas, bagaimana  saya atau kita memberikan jawaban atas tuduhan-tuduhan itu?
Kata seorang teolog bernama Bill Pratt, jawabannya adalah sederhana. Yesus tidak dipaksa oleh Bapa-Nya untuk mati di salib.  Yesus dengan sukarela  menyerahkan nyawanya sebagai suatu tindakan yang mulia  demi keselamatan umat manusia.

Bagaimana kita tahu akan hal itu?  Injil Yoh. 10: 11-18 akan memberikan jawabannya.

Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Ku-tuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku

Setelah mendengar bacaan ini, apakah benar Allah membunuh anak-nya sendiri? Tentu jauh sekali, itu tidak benar. Sebagai seorang gembala yang baik yesus menyerahkan nyawanya bagi domba-domba-Nya.

Bacaan  injil yang akan kita dengarkan pada hari minggu ini, minggu Prapaskah yang ke-5, adalah tentang Yesus membangkitkan Lazarus. Kasih Yesus kepada Lazarus itu merupakan gambaran kasih Tuhan kepada kita umat-Nya. Untuk mengasihi Lazarus dan memberinya kehidupan, Yesus harus mau menempuh risiko kehilangan hidup-Nya. Perjalanan ke Betania mencerminkan makin mendekatnya perjalanan menuju salib.

Di sini kita dapat melihat bahwa  begitu besar cinta itu, Allah sendiri hadir dalam diri Yesus untuk mati demi hidup kita. Yah…Kata-kata ini sering kita dengar  dan seringkali juga hanya nampak sebagai kata- kata yang indah belaka. Kadang kita terlalu jauh memikirkan cinta Tuhan yang begitu besar itu seperti apa. Padahal cinta Tuhan itu nampak dalam setiap mujizat  kehidupan yang seharusnya  kita rasakan  dalam keseharian kita. Rahmat kehidupan, kesehatan, pekerjaan, persaudaraan, keluarga dan masih ada begitu banyak cinta Tuhan yang dicurahkan kepada kita. Namun apakah kita menyadarinya? Di sinilah persoalannya. Kita sering  tidak mampu mengenal kasih dan kemurahan Allah. Semoga.

FR. Yedrianus Mali SX

Leave a Reply

Your email address will not be published.

%d bloggers like this: