Siapkanlah Dirimu untuk Ikut Dalam Perjamuan-Nya Karena Dia Sungguh Maharahim
Keselamatan itu terbuka untuk semua orang tanpa membutuhkan sebuah persyaratan. Hal inilah yang menjadi kekhasan ajaran yang diwartakan Kristus. Dalam setiap pengajaran-Nya, Yesus sering menekankan kehendak Ilahilah yang menjadi dasar keselamatan Manusia. Keselamatan yang kita dapat tidak berasal dari usaha kita, tetapi merupakan prakarsa Allah sendiri.
Dalam memahami sabda Yesus terkadang kita mendapat kesulitan untuk dapat meresapinya. Ada banyak faktor, misalnya ketidaksesuaian antar zaman kita dengan zaman Yesus, perumpamaan yang sulit dimengerti, dan faktor budaya Yahudi. Namun kita tidak boleh berhenti karena hal-hal itu. Yang mesti kita lakukan adalah merubah sikap kita untuk terbuka terhadap tawaran keselamatan itu.
Kedua paragraf di atas sepertinya menjadi pengantar renunngan untuk minggu ini. Dalam perumpamaan-Nya (Mat. 22:1-14), Yesus menjelaskan Kerajaan Allah seumpama seorang raja yang mau mengadakan pesta perkawinan. Beberapa hal menarik yang dapat kita lihat antaralain; Raja itu mengundang para undangan sampai saat perjamuan sudah disiapkan dan salah-satu undangan ternyata tidak “berpakian pesta”.
Hal pertama (Raja membuka undangan sampai saat perjamuan sudah siap) ini mau menggambarkan pribadi Allah yang sungguh murah hati dan Maha rahim. Allah masih bersedia untuk menunggu bahkan Dia mengundang para tamu untuk kedua kalinya (Mat. 22: 4). Hal kedua, seorang undangan yang tidak berpakaian pesta merupakan sikap manusia di hadapan tawaran keselamatan. Tentu sikap ini bukanlah menjadi harapan Allah.
Kita sebagai umat Allah yang hidup di dunia sekarang, di mana Kristus sudah mewartakan sabda-Nya melalui orang-orang Zaman-Nya hendaknya harus berpikir ‘apa yang mesti kita buat terhadap tawaran Keselamatan itu’. Adapun beberapa cara yang bagi saya merupakan hal mendasar dalam menerima Keselamatan itu. Pertama, kita mestinya berani melepaskan hal-hal duniawi demi Kerajaan Allah. Dalam perumpamaan, kita mendengar bahwa banyak para undangan yang sibuk dengan hal-hal duniawi seperti pergi ke ladang, mengurus usahanya, dan bahkan menangkap hamba dari raja itu. Pernyataan ini bukan mau menjauhkan kita dari hal duniawi, tetapi lebih pada sikap untuk tidak bergantung pada hal duniawi daripada Kerajaan Allah. Allah harus menjadi sandaran hidup kita dan mejadi pilihan pertama “The First Chosen”.
Kedua, sikap keterbukaan sangat penting dalam menjawab tawaran keselamatan. Sikap ini akan membuat dan memengaruhi kita untuk menjawab ‘ya’ terhadap tawaran itu. Kita tidak akan dapat masuk dalam tawaran itu, kalau kita belum menjawab ‘ya’. Jadi, sikap keterbukaan ini menjadi pintu masuk menuju keselamatan itu. Orang-orang yang tidak menjawab ‘ya’ dalam perumpaan di atas adalah mereka yang pergi ke ladang dan mengurus usahanya. Mereka seakan-akan ditutupi oleh sebuah tabir sehingga mereka tidak dapat melihat keelokan dari perjamuan itu.
Ketiga, Komitmen untuk berubah. Kita tidak berhenti pada kedua hal di atas, tetapi yang paling penting adalah perubahan. Kita harus benar-benar melepaskan sikap buruk kita. “Mengganti Pakaian Baru” menjadi salah-satu hal penting untuk ikut dalam perjamuan. Sikap ini berarti penting justru karena mau menggambarkan sikap kita. Apakah kita hadir dengan sebuah komitmen perubahan atau malah kita masih melekat pada hal-hal yang menjauhkan kita dari tawaran keselamatan. Sikap ini merupakan hal mendasar yang mengantar kita untuk benar-benar hadir dalam perjamuan itu. “Mengganti Pakaian” menjadi lambang kesediaan kita untuk siap menerima tawaran keselamatan. Amin
oleh: Melkior Sedek/EKKi