RENUNGAN MINGGU ADVEN III

Menjadikan Dunia Satu Keluaga

Bac. I Yes. 35:1-6,10

Bac. II Yak. 5:7-10

Injil Mat. 11:2-11

Sukacita dalam Penantiaan

12342304_176422782711384_5605712127984006578_nPeziarahaan kita untuk menyambut kedatangan sang Emanuel sudah dekat. Saat ini kita memasuki minggu Adven III. Warna lilin Adven pun bukan lagi warna ungu melainkan merah mudah. Sebab, semakin mendekati masa natal, suasana hati kita adalah bahagia dan sukacita. Natal adalah puncak dari pengharapan kita yang penuh suka cita itu. Maka, sabda Tuhan yang kita renungkan pun diwarnai dan dikemas dengan suasana bahagia dan sukacita dan penuh pengharapan; bukan bernada penghakiman atau ketakutan.

Nabi Yesaya, dalam bacaan I, dengan sangat indah melukiskan tanda-tanda orang selalu berpengharapan akan kedatangan-Nya. Ia datang bukan untuk membinasakan ciptaan-Nya, melainkan menyelamatkannya. Dasar pengharapan itu adalah keyakinan bahwa Allah itu maha belas kasih. Pengharapan itu melahirkan sukacita dan kebahagiaan, bukan saja bagi manusia tapi juga seluruh alam semesta. Sebagaimana diungkapkan oleh nabi Yesaya, “Padang gurun dan padang kering akan bergirang, padang belantara akan bersorak-sorak dan berbunga (35:1)”.  Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai (35:6). Hal ini menunjukkan juga bahwa rahmat keselamatan Allah itu bukan saja untuk manusia tetapi juga alam ini. Keselamatan Allah itu universal sifatnya.

Allah datang untuk melawat umat-Nya. Kedatangan Allah secara penuh hadir dalam dan melalui Yesus Kristus. Dialah puncak keselamatan itu. Dialah tujuan pengharapan kita, orang Kristiani. Dalam Injil yang kita renungkan hari minggu Adven III ini, Yesus tidak menyatakan kepada murid Yohanes bahwa Dia yang dinantikan oleh umat manusia, yang diwakili oleh bangsa Israel. Yesus hanya menunjukkan apa yang Ia sudah lakukan. Kedatangan Yesus menghadirkan wajah sukacita bagi mereka yang berharap kepada-Nya. Sebagaimana dalam bacaan I, Injil juga melukiskan bagaimana rahmat Allah itu bekerja dalam diri manusia. Rahmat Allah tidak pernah mengecewakan manusia, namun justru merasa  terhibur. Ia datang untuk membebaskan umat-Nya, sehingga “orang buta melihat, orang bisa berbicara, orang lumpuh bisa berjalan, orang mati dibangkitkan dan orang miskin diberikan kabar baik.” Inilah tanda-tanda nyata kehadiran Allah. Kerajaan Allah ada di tengah-tengah umat manusia. Inilah zaman baru, di mana Mesias (Yesus) meraja atas bumi.

Namun, Ia tidak mau mengembar-gembor bahwa Dia-lah Mesias yang dinantikan itu. Ke-Mesias-an itu bukanlah suatu produk yang mesti diiklankan agar laris terjual. Yesus tidak menuntut kepada murid Yohanes agar mereka percaya kepada-Nya. Pewartaan Yohanes tentang Yesus sebenarnya sudah cukup bagi mereka untuk percaya kepada Yesus. Sebab, kedatangan Yohanes membuka dan mempersiapkan jalan bagi kedatangan-Nya.

“Berbahagialah orang yang tidak menolak Aku.” Ungkapan ini kiranya buka saja ditujukan kepada murid-murid Yohanes, tetapi juga kepada kita semua yang selalu merenungkan sabda Yesus. Sabda Tuhan yang selalu kita renungkan adalah kekuatan dan air yang segar bagi kita agar iman kita akan Dia semakin bertumbuh subur. Iman itu pun modal bagi kita untuk memberikan kesaksian akan kebaikan Allah, dan bukan untuk memegahkan diri di hadapan sesama. Sebagaimana Yesus, Ia selalu menunjukkan bahwa diri-Nya sungguh Mesias, anak Allah dengan pengajaran dan pelayanan-Nya. Dialah model sejati kita.

 Fr. Bona Kardi SX

Leave a Reply

Your email address will not be published.

%d bloggers like this: