YESUS DAN BAIT ALLAH
Kel. 20:1-17 ; Mzm. 19:8,9,10,11;1Kor. 1:22-25; Yoh. 2:13-25
Memasuki pekan prapaskah ke III, kita dicerahkan oleh bacaan yang menarik untuk kita renungkan. Bacaan pertama dan Bacaan Injil minggu ini menjadi salah satu bagian penting untuk kita refleksikan demi kehidupan kita. Firman Allah kepada umat Yahudi melalui Nabi Musa di Gunung Sinai menjadi pegangan bagi kita sebagai anak-anak-Nya. Allah tidak hanya memberikan kegembiraan kepada umat Yahudi, namun juga memberikan Hukum Taurat yang harus diperhatikan oleh umat Yahudi dan umat manusia sekarang ini sebagai jalan kasih. Hukum Taurat yang diberikan oleh Allah kepada manusia kadang-kadang tidak diperhatikan dengan baik oleh kita saat ini. Banyak pelanggaran yang telah kita buat, baik itu sadar atau tidak membuat kita lupa diri pada kasih Allah itu. Sangat nyata dan jelas ketika kita melihat bacaan Injil yang dikisahkan oleh Yohanes ini. Yesus melihat bahwa orang-orang Yahudi semakin jauh dalam kasih Allah. Orang–orang Yahudi tidak lagi menjalankan hukum Taurat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Perlahan-lahan mereka mulai meninggalkan hukum itu sehingga mereka terlena akan sifat-sifat kemanusiaan mereka. Sikap orang Yahudi sangat jelas terjadi di dalam diri kita. Kita seringkali lupa diri bahwa tugas utama kita sebagai orang katolik adalah menjalakan hukum Taurat itu. Yesus juga prihatin atas sikap orang-orang Yahudi yang sengaja menjadikan rumah Bapa-Nya sebagai tempat jualan.
Kaum Farisi dan orang-orang Yahudi pernah meminta tanda pada Yesus. Mereka tidak menyadari bahwa kehadiran Yesus itulah sebagai tanda bahwa Allah hadir dalam pribadi Yesus. Akan tetapi, atas sikap kedegilan orang-orang Yahudi ini, mereka tidak percaya bahkan meminta Yesus untuk melakukan sesuatu yang bisa membuat mereka percaya. Melalui perkatan Yesus bahwa Ia akan mendidirkan bait Allah dalam waktu tiga hari menjadi sesuatu yang aneh menurut orang Yahudi. Orang Yahudi tetap menutut sebuah tanda atau mukjizat dari Yesus agar mereka bisa percaya pada-Nya bahwa Yesuslah mesias, tetapi yang dimaksudkan dengan perkataan Yesus bahwa pada hari ketiga adalah kebangkitannya kembali.
Semoga dalam masa prapakah ini kita menyadari bahwa Allah adalah kasih yang mau membimbing kita menjadi umat yang baik dihadapan-Nya agar kita layak dan pantas hidup dalam karunia Roh-Nya. Amin.
(Fr.Selestinus Mili Sogo)