Renungan Mingguan XXI
“Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Sabda-Mu adalah sabda hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah”
Pernahkah saudara-saudari sekalian berpikir tentang kapan kalian akan dipanggil Tuhan? Jika pernah, apakah saudara-saudari merasa takut atau tidak? Atau bahkan saudara-saudari tidak pernah terbersit sama sekali tentang waktu kematian? Saya sebagai anak muda pernah berpikir soal bagaimana jika saya mati. Akan tetapi, karena melihat saya masih muda dan saat ini dalam keadaan baik-baik saja membuat saya cukup optimis belum ada tanda-tanda bahwa kematian saya sudah dekat. Saya kira ini pemikiran yang cukup naif. Senyatanya kematian itu tidak ada yang tahu dan sudah pasti begitu dekat dengan setiap pribadi. Beberapa teman sepantaran saya dan bahkan yang lebih muda dari saya justru sudah dipanggil oleh Tuhan lewat kejadian-kejadian yang tidak terduga. Peristiwa tersebut membuat saya merenung kembali bahwa senyatanya kematian itu tidak bisa kita lihat secara jelas dari umur seseorang dan nyatanya kematian itu begitu dekat dengan setiap orang. Bayangkan saja kalau seseorang tidak tahu pasti bahwa ia akan mati tetapi tidak tahu bagaimana kehidupan selanjutnya. Tampaknya dia akan dibayang-bayangi oleh rasa takut sebelum kematian dan ‘sesudah kematian’.
Yesus dalam Injil hari ini membawa angin segar yang sekiranya menjadi jawaban atas ketakutan kita pada kematian atau kebimbangan akan kehidupan seperti apa yang akan kita alami setelah kematian. Merenungkan jawaban Petrus bahwa tidak ada kepastian lain selain Yesus membuat iman saya semakin bertumbuh. Walaupun barangkali belum mengerti soal arti dari Yesus sebagai Roti Hidup yang menyelamatkan, tetapi hati Petrus sudah terlebih dahulu mengerti bahwa Yesus adalah Tuhan. Demikian juga yang saya rasakan selama ini, yaitu kepercayaan kepada Yesus tidak serta-merta membuat saya dapat mengetahui dengan bukti nyata di depan mata saya bahwa saya akan selamat. Saya ulangi bahwa bukti pastinya tidak ada. Justru lewat hati yang menggerakan saya dan iman yang membuat saya percaya membuat saya merasa begitu dekat dengan pribadi Kristus sebagai Roti Hidup.
Pengalaman yang menggoncangkan iman barangkali pernah saudara-saudari alami dalam mengikuti Yesus. Entah membuat anda berpikir lagi soal iman anda atau merasa diri tidak berguna atau pemikiran pesimis apapun itu. Lantas apakah membuat anda harus berhenti mengikuti Yesus? Karena Yesus sendiri tidak memaksa anda untuk mengikuti-Nya dan bahkan memberikan kebebasan penuh dengan berkata, “apakah kamu tidak mau pergi juga?” Tentu saja sebagai pengikut Kristus yang sejati, kita semua diundang untuk tetap setia mengikuti Yesus sebagai Roti Hidup karena Dialah sumber kehidupan. Seperti kisah Petrus yang tetap setia mengikuti Yesus dengan segala kelemahannya: meragukan Yesus, menyangkal Yesus dan meninggalkan Yesus saat Yesus sengsara dan wafat. Dalam kelemahan Petrus, ia selalu berusaha membangun relasi dengan Kristus yang rusak oleh dosa. Akhirnya, Petrus dipercaya sebagai pemimpin gereja pertama dan menurut tradisi Petrus diangkat sebagai pemegang kunci Kerajaan Surga. Itu adalah buah dari tanggapan Petrus akan kasih Kristus, yaitu untuk selalu datang pada Yesus dalam setiap kelemahan. Gambaran diri Petrus ini yang menjadi teladan bagi semua pengikut Kristus bahwa walaupun dosa selalu dekat dengan kita atau walaupun kematian selalu mengintai kita, dengan percaya dan setia kepada Yesus dalam setiap kelemahan kita, akan membuahkan kehidupan kekal sesuai dengan janji-Nya. Karena Dialah Roti Hidup yang turun ke dunia untuk menyelamatkan kita umat manusia yang berdosa ini.
Fr. Mars – Frater Tingkat III