Renungan Mingguan 18 Agustus 2024
Maria diangkat ke surga adalah sebuah doktrik yang dikeluarkan oleh Paus Leo XII pada tahun 1950. Penetapan doktrik ini tentu melewati perdebatan dan pertimbangan yang tidak mudah. Sejak abad pertengahan doktrin ini kerap diragukan. Kepala biara Corbie, Radbertus menyatakan keberatannya terhadap doktrin tersebut karena tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Diperburuk lagi dengan pandangan seorang rahib bernama Usuard yang mengatakan bahwa doktrik Maria diangkat ke surga didasarkan pada tulisan-tulisan apokrif, cerita dongeng, dan sumber populer pada gereja perdana yang tidak dapat dipercaya. (Image of Mary, 2004). Agaknya jika masuk dalam konteks pemikiran abad pertengahan, keberatan kedua tokoh tersebut bahkan juga beberapa bapa Gereja dapat diterima. Pasalnya dalam Kitab Suci memang tidak ada teks yang membicarakan kenaikan Bunda Maria ke Surga. Hal ini pula lah yang membuat Gereja Timur berpandangan bahwa Bunda Maria meninggal dan juga tentunya kaum protestan yang sangat menolak kesucian Bunda Maria.
Lantas apa yang membuat Gereja Katolik menetapkan doktrin tersebut? Penetapan Maria diangkat ke surga tentu berpangkal pada cara hidup Bunda Maria yang suci. Ia dikandung tanpa noda, dan menjaga dirinya dari kedosaan maka pantaslah bahwa dirinya diangkat kedalam kemuliaan abadi (St, Yohanes Damaskus, on the Dormition). Kepantasan itulah yang diterima Bunda Maria atas pemberian dirinya yang total kepada Allah. P Edward Yarnold mengatakan bahwa Allah telah mempersiapkan Maria dengan rahmat-Nya dan maria menerimanya dengan mejaga kesucian, yang oleh-Nya kemudian ia diselamatkan. Melalui Paus Leo XII, Gereja menerima bahwa Bunda Maria menjaga kesuciannya sehingga tubuhnya diubah menjadi kehiduoan yang utuh, abadi dan mulia. Memahami doktrin ini memang sulit. Akan tetapi terlepas dari perdebatan yang ada, doktrin ini hendak memberikan optimisme bahwa manusia dapat hidup suci. Memang kita tidak dapat menjadi suci seperti Bunda Maria yang sempurna. Akan tetapi, proses menuju kesucian itulah yang dilihat dan diterima oleh Allah. Ditengah godaan yang ada, kita dijaka sebagai umat kristiani untuk meneladani Bunda Maria yang mau memberikan diri seutuhnya kepada Allah
Fr. Petrus Rhein