Renungan Mingguan – Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam
Kasih yang Menghidupkan
“Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.”
Oleh karena kasih, Allah telah menyediakan tempat bagi mereka yang menjalankan ‘kasih yang sama’ bagi sesamanya. Allah telah memberikan kepada manusia kehendak yang bebas untuk memilih, dan sebagai manusia mestinya mempertanggungjawabkan kebebasan itu. Bagaimana harus mempertanggung-jawabkannya?
Kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya akan mengevaluasi segala sesuatu yang sudah diperbuat oleh (kita) sebagai pertanggungjawaban atas tugas yang dipercayakan. Tuhan telah memberikan “alat” yaitu kasih kepada semua sekaligus “sarana” untuk mengaplikasikannya. Sebagai tugas kita adalah bagaimana kita menggunakan “kasih” itu untuk kemuliaan Tuhan. Akan tetapi, tugas yang dipercayakan sering kali tidak selalu dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena keegoisan, sifat tidak peduli, kesombongan, sering kali menjadi penyakit utama kasih itu tidak disalurkan. Ada begitu banyak orang yang membutuhkan bantuan, belas kasih, butuh ditemani, butuh didengar, semuanya diabaikan karena merasa bahwa semua itu merupakan suatu penghambat menuju kehidupan yang lebih baik. Banyak orang yang menutup telinga, menutup mata dengan jeritan orang-orang di sekitarnya. Tidak peduli dengan kebutuhan orang lain yang sedang menderita, acuh tak acuh ketika mendengar orang lain meminta bantuan. Di manakah kasih yang adalah “alat” yang diberikan Tuhan itu?
Mendengar jeritan dari mereka yang membutuhkan, seharusnya menumbuhkan simpati dan empati bagi kita supaya kita bisa menemukan Tuhan di dalam diri mereka. Karena Yesus sendiri mengatakan “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan bagi salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”. Tuhan sendiri hadir dalam diri mereka, dan kita diminta untuk menjumpai-Nya dan mengasihi sebagaimana telah dikatakan-Nya. Bagaimana bisa membayangkan kebahagiaan di surga bersama Allah nantinya, jika hidup di dunia ini saja tidak peduli dengan orang lain? Kehadiran orang-orang yang membutuhkan, seharusnya menjadi sebuah Rahmat bagi kita untuk mengaplikasikan kasih itu kepada mereka. Dengan demikian, mereka akan merasakan kasih dan kita yang mengasihi akan mencicipi kebahagiaan karena telah berbuat kasih. Tidaklah cukup mengasihi orang yang telah mengasihi kita. Bukankah Tuhan pernah mengatakan bahwa “Berbahagialah orang yang mengasihi tanpa menuntut balasan dengan kasih yang sama”. Kebahagiaan bisa terlahir dari perbuatan yang demikian.
Undangan Yesus bagi kita, mestinya tidak hanya sekedar diterima, melainkan di lakukan dalam tindakan yang nyata. Banyak kesempatan menjumpai mereka yang membutuhkan, kadang kala tanpa direncanakan dihadapkan dengan kita. Maka, mari kita gunakan kesempatan itu untuk menganggapi tawaran dari Allah sendiri untuk memuliakan Dia dengan mengasihi Dia melalui sesama, terutama mereka yang sangat membutuhkan.
Tuhan, ajarilah kami membuka hati supaya kami tidak menutup mata dan telinga kami ketika menjumpai mereka yang membutuhkan bantuan kami. Sehingga, kasih-Mu bisa dirasakan oleh semua orang yang merindukan akan Engkau melalui diri kami. Amin.
Fr. Kanisius Sudarmin – Frater Tingkat I