Renungan Minggu Biasa XXXI

Menjadikan Dunia Satu Keluaga

Renungan Minggu Biasa XXXI

Kita patut bersyukur  pada hari minggu biasa yang ke-XXXI ini, bacaan yang disediakan oleh gereja sangat menarik untuk kita renungkan dan kita lakukan  dalam hidup kita sehari-hari. Mengapa? Karena bacaan-bacaan ini, kalau kita melihat dalam konteks kehidupan kita, sungguh menuntut dari kita sebuah nilai pengorbanan dan kerendahan hati. Akan tetapi, perlu dilihat bahwa pengorbanan yang  kita lakukan bukan pertama-tama berorientasi atau pertama-tama berpusat pada diri kita, melaituk memulikan nama Tuhan, untuk memuji kebesaran Tuhan yang telah kita terima dari pada-Nya.

Dewasa ini, banyak sekali kita menemukan orang-orang di luar sana yang kadang-kadang tanpa sengaja membuat orang lain mengalami penderitaan atau bisa dikatakan membuat orang lain menjadi beban karena perbuatan-perbuatannya yang kurang berkenan.  Ada orang yang sampai melemparkan kuk atau beban kepada orang lain. Seperti sama halnya dengan  ahli-ahli taurat dan  orang-orang farisi yang kita dengar dalam bacaan injil. Mereka pandai membuat banyak peraturan menuntut orang lain harus berbuat demikian seperti apa yang mereka inginkan.  Namun, mereka sendiri tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban itu kepada orang tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya (Mat 23:4). Inilah fenomena yang kerap kali juga kita jumpai dalam dunia kita masa kini. Kita menginginkan agar orang lain mampu menjalani apa yang seperti kita harapkan tetapi kita sendiri tidak mau berkorban. Maka betapa pentingnya kita diajak untuk sesekali  bertanya dalam diri kita, apakah sejauh ini  saya sering melemparkan beban kepada orang lain dan tidak mau menyentuhnya? dan apakah sejauh ini saya telah memperjuangkan atau menghayati nilai pengorbanan. Jika belum marilah kita mulai dari sekarang merelakan diri kita untuk terlibat dalam penderitaan orang lain.

Kita masing-masing mempunyai penderitaan baik yang besar maupun sederhana. Jangan pernah menyerah dalam situasi itu, paling penting bahwa tidak membebani orang lain. Kita mesti tahu bahwa orang lain adalah sumber kekuatan kita juga. Oleh karena itu, kita menopang orang-orang yang ada di sekitar kita yang sedang membutuhkan kita. Kuk tidak untuk dibebankan kepada orang lain karena itu merupakan cara buruk lari dari penderitaan bahkan tidak mau berusaha. Pertanyaanya adalah apakah dalam hidup, kita pernah menjadi orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat yang notabene membebani orang lain? Oleh karena itu, undangan bagi kita adalah bersikap rendah hati dan rela berkorban. Sebab “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahakan dan barangsiapa merendahakan diri, ia akan ditinggikan ( Mat 23:12). Sabda Tuhan ini mentitiberatkan pada satu kerendahan hati yang total dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan memberkati!

Fr.Simon Teluma – Frater TIngkat I

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.