Renungan Mingguan – Minggu Biasa XXVIII

Menjadikan Dunia Satu Keluaga

Renungan Mingguan – Minggu Biasa XXVIII

Menyambut Undangan Tuhan dengan Hati yang Terbuka

Bacaan Injil hari ini bercerita tentang seorang raja yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Raja tersebut mengundang banyak orang, tetapi sayangnya banyak menolak undangan tersebut. Beberapa orang sibuk dengan urusan pribadi mereka sendiri, yang lain bahkan bertindak kasar dan membunuh utusan raja. Hal ini mencerminkan berbagai respon yang kita lihat dalam kehidupan kita. Beberapa orang mungkin terlalu sibuk dengan dunia material dan urusan duniawi, sehingga mereka mengabaikan undangan Allah. Yang lain mungkin menunjukkan ketidaktaatan dan penolakan terang-terangan. Bagaimana dengan kita? Apa respon yang kita berikan ketika kita diajak untuk menghadiri undangan perjamuan kudus (perayaan ekaristi)? Apakah kita masih setia menghadiri perayaan ekaristi atau malah kita hanya sibuk dengan kepentingan pribadi kita semata?

Kita tahu bahwa meskipun banyak yang menolak undangan raja, namun raja tidak menyerah. Ia mengirim hamba-hambanya untuk mengundang siapa saja yang mereka temukan, baik orang jahat maupun orang baik. Hal itu kiranya ingin memperlihatkan Allah yang penuh kasih mengundang semua orang untuk menjadi bagian dari kerajaan-Nya. Tidak ada diskriminasi atau eksklusi dalam undangan-Nya. Hal ini juga mencerminkan kasih karunia Allah yang begitu besar kepada semua orang. Tidak peduli seberapa besar dosa kita atau seberapa jauh kita telah menjauh dari-Nya, namun undangan-Nya tetap berlaku untuk kita semua.

Ketika kita menerima undangan Tuhan, kita harus datang dengan hati yang terbuka dan mengenakan pakaian pesta. Pakaian pesta tersebut melambangkan kebenaran Firman Tuhan yang harus kita kenakan dalam hidup kita. Kita harus menghargai panggilan Tuhan dan siap untuk menerima anugerah keselamatan yang diberikan-Nya dan jangan biarkan diri kita terhalang oleh alasan-alasan dunia yang sebenarnya tidak berarti. Kita harus siap untuk menyambut undangan Tuhan dengan hati yang terbuka dan mengenakan pakaian pesta yang sesuai. Kita harus siap untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga dan menikmati perjamuan kawin yang telah disediakan oleh Tuhan bagi kita.

Ada banyak bentuk dari tindakan kita yang menunjukkan penolakan atas undangan pesta dari Tuhan. Salah satunya adalah tidak lagi setia mengikuti perayaan ekaristi. Ekaristi merupakan  perayaan syukur kepada Allah atas penebusan dosa-dosa manusia melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Perayaan Ekaristi juga merupakan saat kita mengikuti perintah dan undangan langsung dari Tuhan Yesus Kristus. Hal itu sangat jelas dinyatakan dalam Perjanjian Baru ketika Ia memulai Perjamuan Terakhir bersama para rasul-Nya. Pada Perjamuan Terakhir, Yesus mengambil roti dan anggur, memberkati, dan membagikannya kepada para rasul-Nya, mengatakan, “Lakukanlah ini untuk peringatan-Ku” (Lukas 22:19). Ini adalah perintah langsung-Nya kepada kita untuk merayakan Ekaristi sebagai peringatan atas pengorbanan-Nya. Selain itu Perayaan Ekaristi adalah cara kita mengenang pengorbanan Yesus di kayu salib untuk penebusan dosa kita dan kebangkitan-Nya yang membawa harapan hidup kekal bagi kita. Ini adalah peringatan yang penting atas karya penyelamatan Tuhan bagi kita. Dengan menerima Ekaristi, kita berpartisipasi dalam kehadiran aktual Kristus dan menghidupi janji-Nya: “Siapa yang makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tetap di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (Yohanes 6:56). Melalui Ekaristi, kita juga mengungkapkan pengorbanan dan syukur kita kepada Tuhan. Kita mengakui bahwa hanya oleh kasih karunia-Nya kita dapat mengikuti undangan-Nya dan menerima penyelamatan. Apakah sejauh ini kita masih setia mengikuti perayaan ekaristi?

Dalam kerajaan Allah, kita semua adalah sama di mata-Nya. Persaudaraan, kasih, dan kesetiaan adalah kunci pintu menuju pesta-Nya yang kekal. Marilah kita mengenakan pakaian pesta yang sesuai dengan panggilan yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita. Marilah kita juga terus-menerus memperbaiki hidup dan menenun pakaian pesta kita dengan terang kasih Kristus. Jangan biarkan kesibukan hidup menghalangi kita untuk merasakan keindahan hadirat-Nya, terutama dalam ekaristi. Dengan rendah hati, marilah kita merayakan cinta-Nya yang tak terbatas di dalam hati kita, karena di sinilah kita menemukan kebahagiaan sejati.

Fr. Riko Nababan – Frater Tingkat IV

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.