Renungan Mingguan 21 Mei 2023
Kisah Para Rasul 1:12-14
1 Petrus 4:13-16
Yohanes 17:1-11a
“Tetapi, jika kamu harus menderita sebagai orang Kristen, janganlah malu karena hal itu. Malah kamu harus memuliakan Allah dalam nama Kristus itu”(1 Ptr: 16)
Saudari saudara yang terkasih, kamis yang lalu kita baru saja merayakan hari raya kenaikan Yesus. Hari raya kenaikan Yesus merupakan hari yang penting bagi kita. Karena melalui hari raya itu kita sama sama melihat perjalanan Yesus dan pengorbanan-Nya untuk menebus umat Manusia. Dengan naiknya Yesus ke surga juga ia menyiapkan tempat bagi kita di surga. Namun ada satu hal yang mungkin belum kita sadari bahwa dengan naiknya Yesus ke surga bukan berarti pewahyuan yang ia lakukan di tengah umat Yahudi selesai begitu saja. Malah dengan naiknya Yesus ke surga kita diajak untuk turut ambil bagian meneruskan pewahyuan yang dibawa oleh Yesus kepada semua orang.
Kita perlu melihat bahwa Yesus yang adalah Allah mengambil rupa seorang manusia dan turun ke dunia untuk berjumpa secara langsung dengan manusia. Karena yesus lah manusia bisa merasakan wahyu Allah yang konkret dan hidup. Ya.. Yesus adalah sabda yang hidup dan merupakan pemenuhan janji Allah kepada manusia. Ketika Yesus akhirnya naik ke surga bukan berarti pewahyuan itu berhenti. Peristiwa pemecahan roti menandakan bahwa Yesus memberikan mandat kepada para murid dan bahkan kita semua untuk ambil bagian dalam mewartakan Yesus yang adalah wahyu dan sang kabar gembira. Saudari-saudara sekalian kita diajak dan diminta oleh Yesus untuk menjadi perpanjangan tangan-Nya. Kita diminta untuk meneruskan pewahyuan agar keselamatan semakin dialami banyak orang.
Tugas meneruskan pewahyuan memang bukanlah tugas misionaris saja melainkan kita semua. Dikatakan dalam Mat 28:19 “pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku”. Secara eksplisit ditegaskan bahwa kita semua punya tanggung jawab yang sama untuk mewartakan Kristus. Kita berusaha menjadi “Kristus” bagi yang lain agar banyak orang mengenal Allah dan kasih-Nya. Dengan demikian kita patut bertanya pada diri sendiri sekarang, apa yang perlu saya lakukan untuk mewartakan Kristus?. Beberapa kali saya ditanya demikian oleh umat. Saya hanya menjawab “saya tidak tahu”. Saya tidak bisa memberikan tindakan konkret yang bisa saudari-saudara lakukan. Tetapi saya percaya bahwa semua orang punya panggilannya masing-masing. Dengan panggilan kita, apapun itu kita bisa mewartakan Yesus. Dewasa ini konsep pewartaan bukan seperti sebelum konsili Vatikan II yang harus membaptis. Melainkan dengan mewartakan kasih Kristus bahkan dengan cara yang sederhana sekalipun. Seperti contoh dikantor kita bisa membagi kasih Kristus dengan membantu teman yang bekerja lembur dsb. Disini memang dituntut kreatifitas dari kita semua.
Akhir kata dan yang tidak kalah penting. Disaat kita menerima tanggung jawab untuk meneruskan wahyu kita juga harus menerima konsekuensinya. Tidak bisa dipungkiri bahwa pewartaan itu penuh dengan penolakan, penderitaan dan halangan. Bahkan sampai membuat kita putus asa, kecewa dan bersedih hati. Akan tetapi, ketika semua itu terjadi, saya mengajak kita semua untuk mengingat yang dikatakan dalam surat pertama rasul Petrus, “Berbahagialah kamu, jika dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah, ada padamu” (1 Ptr 4:14). Daripada menderita karena melakukan kejahatan, lebih baik kita menderita karena Kristus. Karena dengan demikian kita ambil bagian dalam penderitaan-Nya dan hal ini jauh lebih mulia. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mewartakan Kristus agar Ia semakin dikenal dan dicintai oleh banyak orang.
Fr. Petrus Rhein SX – Frater tingkat 1