Renungan Mingguan Pekan VI

Menjadikan Dunia Satu Keluaga

Renungan Mingguan Pekan VI

“Segeralah berdamai dengan lawamu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara (Mat.5:25)“

Ketika membaca dan merefleksikan Injil pada hari ini, saya merasa tersentuh dengan sabda Yesus dalam Injil Matius 5:25 yang berbunyi demikian, “Segeralah berdamai dengan lawamu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara”. Dalam menjalani kehidupan ini, saya selalu berpikir bahwa seorang ‘lawan atau musuh’ itu pasti selalu berada di luar diri saya (orang lain). Akan tetapi, ketika saya mengaitkan perikop di atas dengan pengalaman hidupku selama ini, saya merasa bahwa ‘lawan atau musuh’ dalam kehidupanku selama ini ada dua, yakni diriku sendiri dan juga orang lain yang berbuat salah kepada saya. Saya mengatakan demikian, karena saya merasa sulit mengampuni atau berdamai dengan orang lain, apabila saya terlebih dahulu tidak berdamai dengan diriku . Berdamai dengan ‘lawan’ atau diri sendiri tentu saja memiliki arti yang sangat luas, tergantung pengalaman atau pergulatan setiap pribadi, tetapi menurut pengalaman hidupku selama ini, berdamai dengan diri sendiri berarti saya belajar untuk menerima kenyataan hidup dan menerima diri apa adanya. Sebelum saya menyadari pentingnya berdamai dengan diri sendiri, saya dulunya tidak menerima diri apa adanya dan kurang menyadari bahwa saya adalah pribadi yang dikasihi Tuhan. Artinya, saya pernah merasa bahwa Tuhan akan mengasihi saya kalau saya berprestasi atau hidup suci tanpa cacat cela, ketika saya masih memiliki visi yang salah tentang kasih Tuhan, saya pun sulit mengasihi orang lain dan terkadang melihat orang lain hanya sebatas lawan yang dimusuhi, selain itu hidup saya juga kurang bersukacita. Akan tetapi, saya merasa sangat bersykur kepada Tuhan karena Roh Kudus-Nya berkarya melaui keluarga Xaverian untuk membantu saya berdamai dengan diri sendiri dan orang lain. Tuhan Yesus mau mengajak dan menyadarkan saya akan pentingnya memiliki hati yang damai dan mau mengampuni sesama dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengalaman hidup saya secara pribadi, mengampuni orang lain bukanlah sesuatu yang mudah, butuh waktu dan juga butuh rahmat dari Tuhan, apalagi jika ada orang yang membuat kesalahan yang besar yang melukai diri atau hati saya. Akan tetapi, saya merasa bahwa sikap dendam atau membenci orang yang berbuat salah kepadaku, justru membuat hati saya urang damai dan hidup saya juga tidak tenang. Semoga Tuhan selalu membimbing saya dan kita semua untuk belajar berdamai dengan diri sendiri dan orang lain.

Fr. Adrian Lambu, SX – Frater tingkat II

Leave a Reply

Your email address will not be published.