Renungan Mingguan pekan IV
Berbahagialah! Kebahagiaan adalah satu hal yang dicari oleh semua orang. Oleh sebab itu, sejak zaman dahulu, banyak orang termasuk para pelajar dan orang-orang bijaksana mulai mencari apa artinya kebahagiaan. Ada yang berkesimpulan bahwa kebahagiaan adalah untuk melakukan sesuatu sesuai dengan hakikat tujuannya. Ada juga yang berkesimpulan bahwa kebahagiaan itu adalah kenikmatan yang tidak mencari lebih daripada apa yang dibutuhkannya. Masih banyak lagi kita temukan definisi-definisi kebahagiaan.
Namun definisi kebahagiaan tampak semakin aneh jika kita memandang sekitar dengan seksama. Banyak orang yang miskin dan lapar namun masih dapat tertawa dan tidur malam dengan nyenyak sementara orang-orang kaya sulit tidur karena harus terus-menerus memikirkan pekerjaan dan hartanya. Kalau kita pergi ke panti anak-anak berkebutuhan khusus, kita akan melihat bagaimana mereka tetap percaya diri, tidak memahami kekurangannya dibandingkan dengan yang lain dan tetap merasa bahagia dan menikmati hidup mereka. Kita juga dapat menemukan banyak kisah orang-orang cacat fisik yang ternyata mampu melakukan banyak hal dengan semangat dan kegembiraan yang sama seperti layaknya orang-orang lain pada umumnya yang masih memiliki tubuh lengkap sedangkan orang-orang yang bertubuh lengkap seringkali tak mampu bangkit dari kesedihan dan tidak mampu melakukan apa-apa.
Bacaan Injil minggu ini mengajak kita untuk bersyukur atas apapun kenyataan yang sedang kita alami. Sebab banyak hal dalam hidup kita tidak dapat dengan cepat kita ubah. Kita harus belajar untuk menerima kenyataan sambil tetap mengusahakan perubahan. Akan tetapi jangan mengharapkan agar perubahan tersebut terjadi secara instan. Saya percaya bahwa iman kita dapat memindahkan gunung akan tetapi tentu tidak dalam waktu satu malam layaknya cerita dongeng. Maka dari itu, baiklah kita selalu bersyukur atas segala hal yang telah terjadi dalam hidup kita dengan iman kepercayaan bahwa Tuhan pasti memberikan yang terbaik pada waktu yang terbaik, tetaplah lakukan usaha-usaha perubahan dengan tekun dan berpengharapan akan masa depan yang lebih baik, dan lakukanlah semuanya itu sambil mencintai diri kita dan semua orang yang hadir dalam hidup kita juga beserta kelebihan dan kekurangannya. Tuhan mencintai kita meski kita lemah, meski kita berdosa.
Fr. Andreas Wijaya, SX – Frater tingkat III