PIALA DUNIA, SUKACITA NATARU DAN SEMANGAT MUDA
Natal dan Tahun baru (Nataru) kali ini sangat berkesan bagi saya. Sebelum Nataru, ada event Piala Dunia yang membantu saya dalam menghayati Nataru. Piala Dunia kali ini memberikan sensasi menegangkan karena dua mega bintang yaitu Lionel Messi dan Christiano Ronaldo membela negara untuk terakhir kali dalam ajang piala dunia ini. Alasannya karena umur mereka sudah hampir menyentuh kepala empat. Stamina mereka tidak lagi sama untuk menyambut piala dunia selanjutnya. Sehebat apapun mereka umur akan berpengaruh pada performa permainan mereka dibandingkan dengan pemain muda yang berbakat lainnya yang didukung stamina muda.
Dalam performa terakhir dalam Piala Dunia ini mereka bertanding habis-habisan dan pada akhirnya hanya akan ada satu mega bintang yang juara atau tidak sama sekali. Ternyata Messi keluar sebagai mega bintang yang berhasil membawa negaranya Argentina untuk meraih piala Dunia setelah mengalahkan Prancis dalam adu penalti setelah bermain imbang di babak tambahan. Dengan demikian Messi menutup karirnya dengan sempurna sebagai pemain yang telah mengalami semua kemenangan dalam permainan sepak bola Eropa dan dunia. Bukan berarti Ronaldo menjadi tidak ada apa-apanya dengan Messi karena tidak juara. Karena ini merupakan permainan tim dan semuanya tergantung pada tim.
Dari Lionel Messi dan Christiano Ronaldo saya belajar hal menarik dalam menyambut Nataru. Mereka menggunakan kesempatan-kesempatan sebagai pesepak bola dari muda dengan sangat baik sehingga walaupun mereka sudah tidak bermain lagi sejarah hidup mereka akan selalu dikenang. Mereka akan tetap dikenang sebagai pemain berbakat oleh dunia karena sejak dari muda mereka telah banyak mengukir prestasi sampai di usia yang tidak lagi muda ini.
Tambahan lagi, dari salah satu legenda pemain bola dunia dari Brazil, yaitu Pele yang meninggal pada 29 Desember menjelang Tahun Baru 2023. Dunia memberikan penghormatan kepadanya terlebih negara Brazil. Sekilas saya membaca tentang riwayatnya ternyata ia menggunakan kelihaiannya menggiring si kulit bundar sekaligus menggaungkan perdamaian di belahan dunia. Dan itu bekerja. Maka dari itu ia dikenang sebagai legenda sepak bola dan pejuang perdamaian.
Dari bintang sepak bola yang telah dijelaskan, saya mendapatkan nilail menarik yaitu untuk menggunakan kesempatan saya sekarang ini dengan baik. Bahkan lebih baik saya berusaha mencari-cari peluang yang ada. Bukan demi mencari ketenaran diri melainkan sebagai bentuk ungkapan syukur karena Tuhan sungguh baik memberikan hidup yang luar biasa ini.
Dalam Nataru ini saya tidak ingin semua berlalu begitu saja tanpa ada makna. Satu hal yang saya petik dari pengalaman Nataru kali ini adalah soal kekuatan komunitas. Dalam kebersamaan perayaan Nataru saya merasakan sukacita yang besar. Komunitas yang terdiri dari masing-masing pribadi yang mempersiapkan diri menyambut Nataru membentuk vibes sukacita akan penantian akan kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Dan saya percaya bahwa kehadiran ada dalam komunitas ketika setiap dari kami merasakan sukacita. Saya sendiri merasakan sukacita dan begitupun dengan anggota komunitas yang lain merasakan sukacita. Sukacita yang saya terima ini memberi saya semangat bahwa saya sudah mempersiapkan diri dengan baik selama persiapan menyambut Nataru. Sebagai pengikut Kristus saya pribadi perlu merasakan kehadiran Kristus dalam diri dan merasakan kehadiran Yesus lewat komunitas yang penuh sukacita menyambut Kristus yang lahir dalam hati dan menyambut tahun baru.
Dengan demikian saya dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam menyambut Kristus yang lahir dengan penuh sukacita, saya terdorong untuk menggunakan kesempatan yang ada dengan baik. Kalau Messi, Ronaldo dan Pele menggunakan kesempatan mereka sebagai pemain bola sejak muda dengan maksimal dan berguna bagi orang lain maka saya ingin menggunakan kesempatan sebagai pengikut Kristus dengan sungguh-sungguh sejak dari muda. Merasakan kelahiran Kristus yang lahir di dalam hati dan di dalam komunitas dan membagikan sukacita tersebut kepada semua orang yang saya jumpai.
Marsianus Lawe Kollin, SX – Frater Tingkat I