Saudari-saudara yang terkasih, ketika saya membaca dan merenungkan bacaan-bacaan hari ini, saya langsung teringat akan sebuah cerita yang pernah saya baca tentang seorang guru baru di salah satu sekolah di Kalimantan. Secara singkat ceritanya demikian: seorang guru baru ini bernama Roi. Ketika ia pertama kali datang mengajar di salah satu kelas yang ia bimbing, ia langsung bertanya kepada murid-muridnya, “Adik-adik, apakah kalian sudah mengenal saya?” Lalu, beberapa dari muridnya menjawab, “Bapak adalah guru baru di sekolah ini!”. Siswa lain lagi menjawab, “Kami tidak mengenal bapak”. Beberapa detik kemudian, seorang anak laki-laki mengangkat tangannya dan menjawab, “Anda adalah Roi, bapak Roi yang akan mengajar ilmu pengetahuan sosial (IPS). Barangkali muncul pertanyaan di dalam hati kita, “Mengapa seorang anak laki-laki tadi bisa mengenal bapak tersebut?” Padahal bapak Roi adalah seorang guru baru di sekolah tersebut. Anak tersebut adalah anak dari bapak Roi. Ia berani mengatakannya karena ia tahu bahwa guru tersebut memang bapaknya, ia tinggal dan hidup bersama bapaknya dan ia benar-benar merasakan cinta kasih dari bapaknya.
Saudari-saudara yang terkasih, yang menarik dalam Injil hari ini adalah ketika Yesus pertama-tama bertanya siapakah Dia menurut orang (bdk Mat, 16:13-14). Kemudian, Yesus tidak ingin agar para muridNya tidak hanya mendengar apa yang dikatakan orang tentang siapakah diriNya, maka secara personal Ia bertanya, “Tetapi, menurut pendapatmu siapakah Aku ini?” Pertanyaan Yesus tentang diriNya “Siapakah Aku ini?” Sebenarnya merupakan pertanyaan dasar mengenai iman kita. Yesus bertanya kepada para murid-Nya untuk melihat sejauh mana mereka mengenal dan mengerti tentang diriNya. Sebab sudah bertahun-tahun mereka selalu bersama-Nya. Jawaban Petrus merupakan jawaban yang tepat “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” dan merupakan pengakuan iman yang sekaligus pengakuan iman Gereja sejak awal akan identitas Yesus.
Saudari-saudara yang terkasih, iman kepada Putra Allah seperti pengakuan Petrus sesungguhnya berasal dari Allah. Iman ini bukanlah suatu pendapat seorang manusia dan iman tidak berasal dari darah daging. Meskipun Yesus dikenal oleh orang banyak dengan pelbagai julukan atau kita pernah mendengar banyak tentang siapakah Dia, Yesus tetap mengharapkan agar kita juga mengenalNya secara mendalam dan personal. Dengan mengenal Dia secara personal dan tinggal di dalam Dia, maka hidup kita akan terasa penuh dan kita semakin yakin bahwa Ia sungguh Mesias, Anak Allah yang hidup dan kita pun terdorong untuk semakin mencintaiNya, menyebarluaskan kasih-Nya. Jika kita hanya mengenalNya berdasarkan pengakuan orang, maka ketika kita dihadapkan pelbagai persoalan hidup iman kita mudah goyah. Melalui rasul Petrus kita diajak untuk bertanya kepada diri kita dan merenungkan “Siapakah Yesus bagiku?”. Pengenalan akan diriNya bisa kita temukan dalam pengalaman hidup harian kita baik yang menyenangkan maupun yang tidak. Dan pengenalan akan diriNya bisa membawa orang untuk menerima, mencintai dan mengasihiNya. Maka, marilah kita memohon kehadiran Roh Kudus agar IA membangkitkan semangat kita dalam mengenal Yesus Sang Mesias, Anak Allah yang hidup.