You Must (Not) Be Afraid!
“Mengapa engkau bimbang?”
Pertanyaan Yesus selalu menjadi bahan yang paling menarik untuk direnungkan. Setiap kali saya mengalami kebimbangan yang dicari adalah orang yang bisa dipercaya. Kehadiran seseorang yang bisa dipercaya selalu menjadi kekuatan untuk keluar dari ketakutan. Namun hal yang tidak juga bisa dihindari dan bisa datang kapan saja adalah ketika ketakutan membuat saya merasa ragu terhadap mereka yang selama ini selalu saya percayai. Saat saya merasa tidak percaya lagi terhadap sesuatu, apa pun yang ada di hadapan saya semua bagaikan “hantu”. Misalnya, ketika saya memilih tidak lagi mempercayai orang lain, segala bentuk uluran tangan orang lain selalu menimbulkan pertanyaan dalam hati, “Apakah orang ini sungguh bisa dipercaya?”
Jika Yesus bertanya mengapa saya bimbang, itu artinya saya harus percaya seutuhnya bahwa Yesus sesungguhnya adalah andalan untuk mengalahkan ketakutan. Apakah Yesus membiarkan Petrus tenggelam? Tidak. Yesus, sekalipun melihat betapa tidak percayanya para murid kepadanya, toh Dia juga mengulurkan tangannya naik keperahu dan angin pun reda. Betapa baiknya Tuhan terhadap mereka yang kurang percaya.
Sebagai anak nelayan, saya tahu betul rasanya dihantam badai. Pengalaman itu bahkan tidak akan bisa terlupakan. Hantaman badai selalu menjadi pengalaman yang menakutkan, dan tidak peduli kamu bisa berenang atau tidak. Pikiran dipenuhi oleh ketakutan, seluruh badan menggigil, dan badai membuat kita merasa bahwa sepertinya kita tidak akan pernah sampai ketempat di mana kita akan tuju. Jika kamu seorang penumpang yang hanya memikirkan diri sendiri dalam situasi sulit itu, tidak ada yang lain yang bisa kamu percayai kecuali operator (supir) yang bertanggungjawab membawa para penumpang ketempat tujuannya. Ketahuilah bahwa seorang operator dalam ketakutannya selalu menunjukkan sikap tenangnya dan memiliki keyakinan yang kuat. Kira-kira Petrus dalam perahu itu sebagai operator atau sebagai penumpang? Dalam situasi badai seorang supir tidak akan meninggalkan setirnya supaya perahunya tidak terbalik oleh ombak, dan dia akan berkata, “Tuhan naiklah ke perahu kami supaya kami selamat.”
Pernahkah kamu memeluk seorang supir yang telah membawamu selamat dengan susah payah ke tempat tujuanmu? Atau mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah membantumu keluar dari ketakutan? Saya pernah lupa. Ketika perahu yang saya tumpangi yang dihantam badai selama 4 jam tiba di bibir pantai, saya melompat dari perahu lalu telentang di atas pasir sambil melihat langit dengan nafas ketakutan. Saya lupa bahwa Tuhan telah hadir dalam ketenangan seorang operator yang telah menolong saya sehingga saya bisa berkata, “Oh, saya masih hidup.”
Untuk sampai pada pengakuan bahwa sungguh Yesus adalah Anak Allah, ketakutan harus dihadapi dengan ketenangan. Petrus tenggelam karena panik. Petrus seorang nelayan pasti tahu berenang, tetapi mengapa dikatakan bahwa ia hampir tenggelam? Karena panik. Kita memang tidak akan bisa berjalan di atas air, tetapi kita bisa berjalan di atas perahu bersama Yesus. Amin.