Saya sungguh tertarik dengan kepribadian Zakheus yang memiliki rasa ingin tahu
yang begitu dalam akan pribadi Yesus Kristus. Penginjil Lukas melukiskan demikian, “Maka, berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.” Kita melihat suatu usaha dari diri Zakheus agar dapat melihat Yesus. Hasratnya yang besar mendorongnya untuk mencari akal. Akhirnya, dari kerumunan orang banyak ia berlari dan naik ke atas pohon. Ini suatu perjuangan yang tidak mudah bagi Zakheus orang pendek.
Perjuangan itu ternyata membawa sukacita yang mendalam baginya karena, pertama:
ia akhirnya bisa melihat Yesus. Kedua: Yesus datang kepadanya dan menyapanya, “Zakheus segeralah turun”. Sukacitanya kian bertambah ketika Yesus mengatakan, “Hari ini, Aku harus menumpang di rumahmu.” Suatu ungkapan yang penuh cinta dan menyentuh hati Zakheus. Hidupnya menjadi berubah karena merasa dicintai, dirangkul dan dikasihi oleh Yesus (19:8). Beberapa pertanyaan yang patut kita renungkan, “Apakah aku sudah merasa dikasihi dan dicintai oleh Allah melalui kehadiran Yesus Kristus yang memberikan nyawanya untukku dan melalui kehadiran orang-orang yang ada di sekitarku?, Apakah aku mempunyai rasa ingin tahu akan Pribadi Yesus Kristus? jika ya, apakah aku sudah mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, entah melalui doa, dan kegiatan-kegiatan rohani lainnya?.
Kadang-kadang, kita melewati seharian begitu saja tanpa merefleksikan pengalaman hidup harian kita dan jarang meluangkan waktu untuk Tuhan. Entah kita terlalu sibuk atau memang tidak ada niat sama sekali karena merasa doa tidak dikabulkan.
Maka, dengan mohon rahmat Allah, marilah kita memperbaharui diri dan meneladani
sikap Zakheus yang ingin mengenal Yesus secara lebih mendalam. Tentunya kita tidak harus naik ke pohon ara untuk melihat Yesus. Kita bisa mempraktekkan anjuran dari St. Guido Maria Conforti untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu: melalui lectio divina, ekaristi, bacaan-bacaan rohani, dan melihat peritiwa harian dengan kaca mata iman. Semakin kita mengenal Yesus dan merasakan cinta kasih-Nya, maka dengan sendirinya kita terdorong untuk semakin mencintai-Nya, mewartakan kasih-Nya dan merangkul semua orang tanpa memandang perbedaan.