“Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku.”
Pada suatu ketika, ada seorang anak kecil bertanya pada kakaknya; kak mengapa Tuhan kita ada tiga? Kakaknya hening sejenak, lalu berkata: adek, lihatlah, ayah kita yang memberikan kasih sayang pada kita, dan itulah kasih sayang seorang ayah. Ayah juga memberikan kasih sayang pada ibu, itulah kasih kasih sayang seorang suami pada istrinya. Dan ayah memberikan kasih sayang pada saudara-saudaranya, itulah kasih sayang seorang saudara. Dengan demikian apakah ayah kita tiga? Jawab si adik; em, satu! Yap, begitu jugalah Tuhan yang kita imani, ia adalah satu, yaitu Kasih, jawab si kakak. tapi, apakah kita tahu seberapa besar, luas, dalam, tingginya Kasih itu? tidak, jawab si adik yang mulai bingung lagi. Yap, itulah Tuhan kita, yang tidak akan pernah diketahui sepenuhnya karena kalau kita telah mengetahui Tuhan, maka Ia bukanlah Tuhan. Adik: jadi Tuhan itu… ya, kita perlu rahmat untuk terus mengenal-Nya, sahut si kakaksambil merangkul adiknya.
Sering kali kita terjebak dalam pertanyaan yang sama, mengapa Tuhan kita ada tiga, mengapa Tuhan yang katanya maha kuasa harus mati di Salib, dan kita terus bertanya; mengapa? Inilah keunikan kita sebagai manusia, kita mampu untuk bertanya tentang keberadaan-Nya. Kita mampu untuk terus berada dalam dinamika persoalan, dan berusaha untuk mencari jawabannya. Dengan menjawab atau mampu menyelesaikan suatu persoalan, kita biasanya merasa tenang. Tapi, apakah kita berhenti di sana? Tidak! Kita akan kembali pada suatu pertanyaan baru, dan kembali berada dalam dinamika yang membuat kita merasa bagian dari dunia ini. Sebaliknya, saat kita tidak punya pertanyaan ataupun merasa kebingungan, kita seolah-olah tidak berarti, “hilang”, tidak tahu apa yang akan dilakukan, dan saat yang bersamaan kita merasa ada bagian lain dari kehidupan ini. Dan bisa jadi kita akan sampai pada pertanyaan, siapakah aku Tuhan? Itulah sisi dari Allah yang menyingkapkan keberadaan-Nya.
Sebagai seorang Kristiani tentu kita percaya, bahwa Tuhan kita satu dengan tiga pribadi, Ia adalah Allah, Kristus, dan tersatukan dalam Roh Kudus. tidak mudah memang untuk memahami, namun kita perlu bersyukur pada Tuhan karena Allah kita adalah Kasih, kita diberikan Roh Kudus untuk dapat mengenal-Nya. Roh Kudus itu hadir dan tinggal di dalam hati kita, ia menjadi penerang, penuntun setiap langkah hidup kita. Roh Kudus memberikan dorongan dalam hati kita untuk terus mampu terarah pada Kasih. Jadi, dengan demikian kita sebenarnya telah disatukan dalam Allah, Putra, Roh Kudus. Inilah yang memampukan kita untuk mempunyai pengharapan, iman dan kasih pada Allah dan sesama. Apakah ini jati diri kita? Marilah kita merenung dan tersenyum.