Di matamu Ada Balok dan Selumbar (?)

Menjadikan Dunia Satu Keluaga

Di matamu Ada Balok dan Selumbar (?)

Di matamu Ada Balok dan Selumbar (?)
Sir. 27:4-7Mzm. 92:2-3.13-14.15-161Kor. 15:54-58Luk. 6:39-45.
BcO 1Kor. 14:20-40

Suatu hari saya pernah membantu bapak membetulkan atap rumah yang bocor. Tiba-tiba saja mata saya kemasukan selumbar atau serpihan kayu dari atas plafon rumah yang terbuat dari tripleks dan mata saya pun terasa perihnya bukan main. Setelah ditiup dan dibersihkan dengan air bersih mata saya tetap terpejamkan sambil mengeluarkan banyak air mata untuk beberapa menit. Setelah dibersihkan saja masih merah dan terasa sakit apalagi kalau serpihan kayu itu tetap tinggal di mata saya hingga saat ini, pastilah sakitnya bukan main dan saya pun sulit untuk melihat.

Saya mengingat pengalaman di atas ketika Yesus berkata dalam Injil hari ini, “… keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” Kelilipan selumbar kayu saja sudah perih apalagi kelilipan balok kayu, pasti menderita sekali. Kiranya perkataan Yesus ini sudah familiar di telinga kita karena saking seringnya kita mendengar kisah ini. Pertanyaannya adalah apakah benar Yesus meminta kita untuk hanya memperhatikan balok di mata kita tanpa memperhatikan selumbar di mata sesama kita? Dan juga apakah benar apabila balok dan selumbar itu semata-mata kita umpamakan sebagai kelemahan, kutukan, dan dosa?

Saya sering mendengar bahwa inti dari perkataan Yesus mengenai “balok di matamu dan selumbar di mata sesamamu” ini adalah agar kita fokus pada balok yang ada di mata kita dan berusaha untuk mengeluarkannya dahulu daripada berusaha mengeluarkan selumbar dari mata sesama. Namun, setelah saya renungkan refleksi tersebut tidak sepenuhnya tepat. Refleksi tersebut tidak tepat apabila kita hanya berpikir untuk kepentingan kita sendiri untuk mengeluarkan balok di mata kita tanpa mau membantu menyingkirkan selumbar di mata sesama kita.

Sudah sangat jelas Yesus berkata,”…. maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” Yesus tidak melarang kita untuk mengeluarkan selumbar dari mata saudara kita, melainkan Ia hanya minta agar kita terlebih dahulu mengeluarkan balok yang ada di mata kita. Kita mesti mengeluarkan balok yang ada di mata kita terlebih dahulu bukan untuk kepentingan kita tetapi agar kita dapat melihat lebih jelas untuk mengeluarkan selumbar dari mata saudara-saudara kita.

Lalu, apakah balok dan selumbar itu semata-mata hal yang tidak berguna dan mesti dibuang begitu saja? Saya sentak teringat bahwa balok dan selumbar itu sangatlah bernilai apabila dikumpulkan. Bahkan apabila kita mempunyai cukup balok dan selumbar kita dapat membuat sebuah rumah kayu. Balok akan menjadi pilar-pilar yang ditancapkan ke dalam pondasi. Selumbar-selumbar yang dikumpulkan menjadi tripleks tebal dapat digunakan sebagai dinding dan plafon rumah. Ilustrasi ini ingin menunjukkan bahwa Allah mampu membuat hal-hal yang kita anggap sebagai kutukan, pembawa sial, dosa menjadi suatu berkat bagi kita. Bahkan Tuhan kita dapat berbuat hal ajaib yakni yang pernah dikatakan oleh pemazmur “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.” Mazmur 118:22.

Dari renungan ini kita dapat memetik satu pesan yakni kita hidup bukan bagi diri kita sendiri tetapi juga bagi sesama kita; keluarga dan komunitas di mana kita hidup. Bayangkan saja sebuah keluarga yang masing-masing anggotanya hanya fokus pada kelemahannya masing-masing tanpa mau melihat dan membantu kelemahan anggota keluarga yang lain. Papa hanya fokus pada kesusahannya dalam pekerjaannya, anak-anak stress karena lemah di dalam pelajaran sekolahnya, ibu stress mengurus hal-hal rumah tangga. Kita mesti ingat bahwa suatu rumah tangga terbentuk apabila setiap anggotanya mau mengeluarkan apa yang menjadi bebannya dan saling memperhatikan serta membantu satu sama lain. Dan jangan lupa untuk meletakkan rumah kita (keluarga dan komunitas kita) di atas pondasi iman yang kokoh akan Yesus Kristus.

Dan perlu dicatat dan direnungkan juga perkataan Yesus di akhir perikop minggu ini yakni agar kita menjadi orang baik yang mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hati kita yang baik dengan kata-kata yang baik.

Ivan,SX

Leave a Reply

Your email address will not be published.