Beriman: transformasi diri

Menjadikan Dunia Satu Keluaga

Beriman: transformasi diri

Minggu biasa ke IV

Bacaan I Yes 6:1-2a.3-8

Bacaan II 1Kor 15:1-11

Lukas 5: 1-11.

 

  1. 5. Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”
  2. 8. Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.”

Bacaan minggu ini mengajak kita untuk melihat dinamika kehidupan kita sebagai seorang murid Kristus. Apakah kita sudah menjadi murid yang beriman atau hanya sekadar ikut arus? Beriman berarti adanya suatu perubahan yang mendasar dari pola tingkah laku hidup terutama martabat kita sebagai seorang manusia. Kita memang hidup dalam dinamika rutinitas harian dengan segala kesibukannya. Namun, apakah kita telah berani untuk mulai melihat rutinitas itu sebagai sebuah sarana untuk menjadi seorang yang lebih berhikmat di hadapan Tuhan dalam diri sesama?

Dinamika keseharian merupakan sebuah sarana untuk dapat menjadi jembatan kasih pada sesama, jembatan kebahagian bersama. Inilah yang digambarkan dengan pengalaman Petrus saat mendapakan tangkapan ikan yang banyak. Mereka berbagi hasil tangkapan. Hal ini terjadi saat ia bersama dengan Kristus. Sudahkah kita melakukan sikap saling berbagi kebahagiaan?

 Keberanian untuk mulai percaya bahwa akan selalu ada pengharapan kasih-Nya dalam setiap pengalaman kita adalah langkah awal menjadi murid yang beriman. Hal ini juga dialami oleh Petrus. Ia pada mulanya hanya mengangap Yesus sebagai Guru, namun pada akhirnya ia sadar, bahwa Yesus lebih dari pada itu, dan ia berani mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. Inilah suatu sikap seorang murid yang beriman. Proses inilah yang membawa seseorang pada kesadaran terdalam sebagai seorang murid. Dan semuanya berawal dari keberanian untuk percaya akan sabda-Nya. Sudahkan kita melaksanakan sabda-Nya?

Untuk kita sekarang tentu hal yang sangat bisa dilakukan adalah berani membuka diri menjadi agen pembawa perubahan, agen cinta kasih. Dalam konteks yang lebih luas, kita tidak hanya menjadi seorang pribadi yang baik untuk sesama anggota komunitas, sesama agama, namun menjadi pribadi yang dapat membawa sukacita bagi semua orang yang kita jumpai, baik yang berbeda agama, suku, ras dan bangsa. Inilah panggilan kita semua untuk menjadi sorang murid yang beriman pada Kristus. Jadi apakah pilihanmu?

Jika engkau adalah pilot dan Kristus adalah kompasnya, maka hidupmu akan selalu terarah pada-Nya. Selamat hari Minggu. God Bless You.

 Fr. Martinus SX

Leave a Reply

Your email address will not be published.