PERSEMBAHAN SEMPURNA DI HARI NATAL
Minggu, 6 Januari 2019: HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN
Bacaan Pertama – Yes. 60:1-6
Bacaan Kedua – Ef 3:2-2a.5-6
Bacaan Injil – Matius 2:1-12
S
iapa orang-orang Majus itu? Orang Majus disebut pula orang bijak atau raja-raja dari timur. Menurut Herodotus, seorang sejarawan, istilah Majus menunjuk kepada suatu suku dari bangsa Madai yang mempunyai jabatan imam di Kerajaan Persia. Adapun Kitab Daniel (Dan. 1:20; 2:27; 5:15) mengenakan kata ini kepada segolongan “orang bijaksana” atau ahli nujum, yang menafsirkan mimpi dan pesan-pesan dari “allah-allah.” Jadi orang Majus dalam Matius 2:1-12 ini kemungkinan adalah ahli nujum agamawi non Yahudi yang menarik kesimpulan dengan mengamati bintang, bahwa seorang raja agung bangsa Yahudi sudah lahir. Mereka berasal dari Timur (Mat. 2:1). Mereka adalah ahli astronomi (ilmu perbintangan), tahu benar letak bintang, pergerakan dan tanda-tandanya. Bukan hanya itu, mereka juga percaya bahwa matahari, bulan dan bintang-bintang secara periodik memberi tanda-tanda yang dapat dipakai meramalkan peristiwa-peristiwa masa depan dan nasib seseorang atau bangsa. Karena itu, mereka tahu benar apa arti bintang yang nampak di timur tersebut. Peristiwa ini semakin menegaskan bahwa Allah dapat memakai siapa saja dan apa saja untuk menggenapi setiap rencana-Nya. Selain memanggil dan memilih orang-orang yang sederhana, seperti Maria dan Yusuf, serta para gembala di padang yang menurut pandangan manusia tidak pantas dan tidak layak, ternyata Allah juga memakai orang-orang terpelajar supaya dengan pengetahuan yang dimiliki mereka memahami kehendak Allah dalam hidupnya. Selain itu kita dapat belajar tentang kerendahan hati. Kita tahu bahwa orang-orang Majus ini adalah raja-raja dari timur dan astronom, tetapi mereka rela meninggalkan kesibukan dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh untuk mencari bayi yang baru dilahirkan.
Bintang Timur yang dilihat oleh orang-orang Majus ini adalah sesuatu yang tidak biasa muncul, bahkan aneh. Sesuai dengan keahlian mereka, mereka menyimpulkan bahwa Bintang yang tampak di Timur itu merupakan suatu petunjuk bahwa telah lahir seorang yang luar biasa di Tanah Yudea, sebab tepat di atasnyalah bintang itu berhenti. Dan Bintang itu pulalah yang menuntun mereka untuk sampai pada tujuan pencarian mereka. Penampakan yang tidak biasa itu mendorong mereka untuk mencari dan menemukan apa yang telah mereka lihat. Dan ketika melihat secara langsung Anak yang luar biasa itu, mereka pun menyembah dan mempersembahkan emas, kemenyan dan mur, suatu persembahan yang paling berharga dari yang mereka miliki yang mereka bawa dari kekayaan negeri mereka sendiri. Emas merupakan persembahan yang biasa diberikan kepada raja, karena martabatnya. Yesus adalah Raja yang kerajaan-Nya tidak berasal dari dunia ini, melainkan dalam Kerajaan Surga. Kemenyan merupakan wangi-wangian yang biasa digunakan dalam peribadatan untuk menghormati dan mengagungkan yang ilahi. Kemenyan dipersembahkan kepada Yesus hendak melambangkan keilahian Yesus sendiri. Dia adalah Allah yang telah menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia. Dan mur adalah minyak yang sangat mahal harganya yang melambangkan penderitaan yang harus dilalui Yesus dalam mewujudkan misteri keselamatan Allah.
Ada hal menarik dari kisah kelahiran Yesus yang mungkin kurang kita perhatikan. Ada orang-orang Majus yang datang mencari bagi Yesus, padahal mereka bukanlah orang Yahudi; dengan kata lain mereka bangsa kafir yang dianggap sebagai bangsa yang tidak berpengharapan karena mereka bukanlah bangsa pilihan Tuhan. Namun ketika Yesus lahir, kabar sukacita tentang kedatangan Sang Juruselamat justru pertama kali didengar oleh mereka yang secara geografis berasal dari tempat yang sangat jauh dan tidak masuk hitungan. Dari negeri yang sangat jauh, Tuhan memanggil mereka. Untuk bisa bertemu Yesus mereka harus ‘membayar harga’, berjalan dari tempat jauh (ratusan mil) di mana banyak sekali tantangan yang harus mereka hadapi: melalui padang gurun yang ganas, belum lagi bahaya dari para perampok, binatang buas dan banyak lagi kesulitan-kesuitan lainnya.
Di sini kita melihat ketekunan dan pengorbanan mereka demi melihat dan menyembah bayi Yesus, Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan. Orang Majus menyambut Natal (kelahiran Kristus di dunia) dengan kerelaan untuk berkorban. Mereka tidak datang kepada Yesus untuk meminta sesuatu melainkan untuk memberi sesuatu. Mereka tidak datang kepada Yesus untuk mendapat sesuatu melainkan untuk kehilangan sesuatu. Melalui kerelaan mereka untuk berkorban itu, mereka mendapatkan sesuatu yang tidak dapat dinilai dengan harta, yaitu “sukacita penuh” dalam Tuhan (Mat. 2:10). Sukacita yang mengalahkan waktu, tenaga, dan harta yang telah dikeluarkan. Merenungkan bacaan pada Hari Raya Pemampakan Tuhan ini, hendaknya kita bertanya apada diri kita masing-masinmg, bagaimana respons kita terhadap panggilan Tuhan ini? Orang-orang Majus saat dipanggil oleh Tuhan taat dan mau melangkah sekalipun banyak rintangan, tantangan dan pengorbanan. Bahkan setelah bertemu bayi Yesus mereka menyembah Dia dan memberikan yang terbaik bagi Dia. Ketika Yesus menampakkan diri kepada kita, apakah kita menyambutnya dengan memberikan apa yang paling berharga dari yang kita miliki atau kita bahkan tidak menyadari kehadiran-Nya dalam keseharian hidup kita?
Ada orang Kristen yang tahu Natal itu apa tetapi sesungguhnya mereka tidak memahami makna Natal itu sehingga mereka menanggapi Natal tidak sebagaimana mestinya. Natal sesungguhnya adalah peringatan kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus ke dalam dunia ini sebagai Juru Selamat. Tetapi bukan saja sekedar peringatan sejarah semata, melainkan kelahiran Yesus yang sesungguhnya di dalam hati setiap manusia melalui kelahiran baru. Bagaimana dengan Saudara ? Sudahkah Yesus sungguh-sungguh lahir dalam hati Saudara? Sudahkah saudara mengalami kelahiran baru ? Bagaimana dengan saudara-saudara kita yang lain ? Pernahkah kita berpikir untuk keselamatan mereka ? Kiranya selama Natal ini kita boleh menjadi alat Tuhan untuk menyampaikan berita sukacita ini kepada setiap orang di sekitar kita yang belum percaya sehingga mereka juga boleh memiliki Yesus di dalam hatinya. Hari ini Yesus menampakkan diri kepada orang lain. Marilah kita melatih diri untuk menjadi lebih peka terhadap kehadiran Allah dalam hidup kita masing-masing. Amin.
Fr. Yohanes Putra Gowin, SX