Tujuan Hidup di dalam Yesus Kristus
Renungan Minggu Biasa XIII
Yoh 6:24-35
Sahabat Kristus yang terkasih, masih terngiang dalam benak saya pengalaman live in selama tiga minggu di Paroki St.Maria Diangkat ke Surga, Muara Siberut, Mentawai bulan lalu. Salah satu pengalaman yang berkesan bagi saya selama di Mentawai adalah ketika mengunjungi beberapa stasi dari paroki Muara Siberut seperti Tiop, Sarausao, dan Malilimok dengan menggunakan perahu sekitar 1-3 jam. Di stasi-stasi tersebut saya diterima di rumah umat dan baja gereja (semacam ketua wilayah atau stasi) yang dengan murah hati menjamu saya dengan kepiting merah, hiu, lokan (sejenis kerang), tok-tuk dan kinoso (sejenis durian) yang tidak pernah saya makan sebelumnya. Betapa menggembirakan ketika pertama kali berkunjung kesana dan mendapat pengalaman semacam itu. Sungguh pengalaman ini patut saya syukuri karena membuat saya semakin percaya akan penyelenggaraan Ilahi lewat kemurahan hati umat. Ya, saya juga merasakan bahwa pengalaman ini semakin meneguhkan panggilan saya sebagai misionaris. Bukan karena saya telah kenyang oleh makanan yang lezat tadi tetapi karena Tuhan Yesus, Sang Roti Hidup yang telah memanggil saya dan mencurahkan rahmat-Nya kepada saya hingga saya boleh sampai ke stasi-stasi tersebut. Saya sadar bahwa itu semua hanyalah sarana yang menunjang kerasulan saya dan bukanlah tujuan bagi saya. Yesus sebagai Roti Hidup adalah tujuan hidup saya, karena Dialah saya boleh pergi ke tempat itu dan merasakan kemurahan hati umat yang begitu hangat menerima saya. Saya merefleksikan bahwa bukan saya yang mereka sambut melainkan Yesus yang mengutus sayalah yang mereka sambut.
Melalui bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus mengajak kita untuk percaya kepada-Nya dan menyadari kehadiran Allah lewat pekerjaan dan mukjizat yang telah Ia lakukan di dalam hidup kita. Yesus mengajak mereka yang telah makan roti saat peristiwa penggadaan roti untuk merefleksikan pengalaman itu seperti saat nenek moyang mereka diberi makan oleh Allah selama perjalanan di padang gurun menuju tanah terjanji. Namun apa daya ternyata pesan tersebut belum sampai kepada mereka karena mereka yang telah makan roti itu belum dapat melihat Yesus sebagai utusan dari Allah yang hendak menyertai mereka seperti Allah menyertai nenek moyang mereka. Maka Yesus bersabda,”Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar dan haus lagi (bdk.Yoh 6:35). Melalui sabda ini Yesus hendak memberikan Diri-Nya untuk keselamatan dan kebaikan umat manusia. Yesus bukanlah pemuas rasa lapar apalagi tukang pembuat mukjizat sehingga mereka mencari Dia, akan tetapi Yesus adalah wujud kehadiran Allah yang menyertai dan menyelamatkan.
Mari sahabat Kristus yang terkasih, kita menempatkan Yesus sebagai tujuan hidup kita karena segala yang kita peroleh dalam hidup ini hanyalah sarana untuk semakin berserah kepada Yesus. Kenikmatan, kesuksesan, maupun kegemilangan dunia yang kita alami hanyalah sementara karena yang abadi adalah kasih Kristus yang menyertai segala usaha dan perutusan kita. Marilah kita mengarahkan hidup kita pada Sang Roti hidup agar kita tidak haus dan lapar akan Sabda karena di dalam Yesuslah kita beroleh keselamatan dan sumber kehidupan. Siapakah Yesus bagi anda? Semoga pertanyaan ini menjadi permenungan bagi kita untuk menempatkan Kristus sebagai tujuan hidup kita. Tuhan memberkati
Fr.Willybrordus A. Yudistira sx