Dipanggil untuk menjadi agen komunikasi kasih dalam doa dan kesaksian
Kis.1:15-17
Yoh.4:11-16
Yoh.17:11b-19
Hari minggu komunikasi sedunia
Keseluruhan isi perikop Injil Yohanes bab 17 berisi doa Yesus kepada murid-murid-Nya. Tema sentral keseluruhan perikop yang dibacakan hari ini adalah tentang doa. Yesus menawarkan kepada kita suatu model doa, yaitu doa yang penuh pengharapan bukan doa yang penuh dengan sikap pesimis. Jika ditelusuri lebih jauh ada hal menarik untuk direnungkan, hal itu dapat kita jumpai dalam ayat 15 yang berbunyi “ Aku tidak meminta supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat”. Yesus tahu dan menyadari bahwa dunia adalah tempat dimana manusia berizarah dan berhadapan dengan berbagai persoalan, dosa, penderitaan, dan maut, tapi Yesus tidak mau meminta kepada Bapa-Nya agar manusia terhindar dari situasi tersebut. Yesus tidak meminta bukan berati Ia membiarkan manusia bergulat dengan penderitaan, tetapi karena Yesus tahu bahwa Bapa-Nya tidak mungkin membiarkan manusia bergulat dengan penderitaannya. Tanpa banyak meminta Yesus tahu apa yang akan dikehendaki bapa-Nya. Bapa tidak mungkin melakukan sesuatu yang mengecewakan umat-Nya. Pesannya sangat jelas bagi kita bahwa Yesus mau menawarkan kepada kita suatu cara doa yang baru, berdoa bukan untuk menyampaikan banyak keluahan dan permintaan, tetapi suatu bentuk doa penuh harapan yang didukung oleh sikap docibilitas, yaitu suatu sikap membuka diri dibentuk oleh Allah melalui karya Roh Kudus.
Kita tentu menyadari bahwa terkadang dalam doa, kita lebih banyak meminta daripada menunjukan sikap pasrah dan percaya pada kehendak Tuhan. Sering dalam doa, kita menyampaikan protes kepada Tuhan, “Tuhan saya mau itu, saya mau ini, Tuhan cukupkanlah penderitaan itu kutanggung, berikan kepada yang lain, aku tidak kuat. Jarang sekali kita berdoa demikian “Tuhan kuserahkan semuanya pada kehendak-Mu, aku percaya Engkau mempunyai kehendak baik atas diriku”. Dalam situasi yang penuh penderitaan tak jarang diri kita dihantui oleh rasa cemas, seolah-olah bergulat sendiri, merasa Tuhan tidak ada. Kecemasan itu adalah suatu bentuk kesombongan rohani karena merasa berjuang sendiri, padahal ada Tuhan yang selalu menolong kita. Orang yang memiliki iman dalam penderitaan apapun ia tetap tenang, karena ia percaya Tuhan yang akan menyertainya. Jika kita lebih cenderung dihantui oleh kecemasan dalam hidup itu pertanda kita tidak memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan. Ketenangan dan kedamain batin hanya diperoleh melalui perjumpaan terus-menerus dengan Tuhan.
Hari ini Gereja universal merayakan hari komunikasi sosial sedunia. Paus Fransiskus prihatin dengan berbagi fenomena sosial sekarang ini yang penuh dengan kebohongan dan kepalsuan. Kesibukan bergulat dengan teknologi yang sarat dengan berita bohong menghambat kita untuk membangun komunikasi kasih dengan sesama. Paus Fransiskus mengajak kita semua untuk menjadi agen komunikasi kasih yang menyebarkan nilai kebenaran, kebenaran yang memerdekakan. Kasih yang bersumber dari Bapa sebagaimana yang disampaikan dalam bacaan kedua tadi. Hanya karena kasih Allah yang tinggal di dalam diri kita, kita dimampukan untuk berbuat kasih kepada yang lain.
Jika di dalam diri kita cenderung dipenuhi oleh niat jahat, kepalsuan, kebencian, iri hati, itu pertanda bahwa Tuhan tidak tinggal di dalam diri kita. Paus Fransiskus menegaskan bahwa, Komunikasi merupakan suatu bentuk pewartaan, kesaksian iman, atas dasar itu kita dipanggil untuk menyebarkan nilai-nilai keutamaan kristiani bukan nilai-nilai kepalsuan sebagaimana yang marak terjadi di media sosial sekarang ini. Banyak orang terjerumus dalam dunia yang penuh kepalsuan dan kebencian itu. Paus Fransiskus menegaskan, salah satu faktor utamanya adalah kurangnya discermen. Tidak ada waktu untuk memeriksa batin, berkomunikasi denga Allah dan mendengar suara Allah.
Petrus melalui bacaan pertama tadi mengusulkan agar ada seseorang yang bisa menggantikan posisi yang ditinggalkan Yudas dalam bilangan para rasul untuk melanjutkan karya pewartaan kebangkitan Kristus kepada semua orang. Atas karya roh kudus, Matias yang dipilih. Kita semua pun dipanggil untuk menjadi bagian dari perutusan para murid tersebut dengan cara kita sendiri. Sebagai kepala keluarga, kita bisa menjadi agen pewarta yang bisa membangun komunikasi berlandaskan kasih kepada Istri dan anak bukan komunikasi yang penuh kemarahan, egois, dan main kuasa. Sebagai dokter atau perawat kita bisa membangun komunikasi kasih dengan pasien. Komunikasi bukan atas dasar tuntutan profesi melainkan atas dasar kasih yang tulus dan penuh perhatian.
Saudara-saudara kita yang sakit dan terbaring di tempat tidur, mereka tidak hanya membutuhkan suatu perawatan medis, tetapi juga membutuhkan suatu sapaan, sapaan yang melegahkan mereka, meringankan beban mereka. Mendengarkan keluh kesah dan penderitaan mereka itu sudah menjadi berkat tersendiri. Semua orang sakit membutuhkan suatu pendampingan yang intensif. Kehadrian keluarga dan orang yang terdekat bisa membantu meringankan beban meraka, namun kita tidak pernah menyadari itu, kita lebih sibuk dengan manusia yang ada di dunia maya ketimbang orang yang ada di dekat kita.
Suatu kesaksian akan memperoleh buah yang melimpah jika kita menimbah rahmat dari Allah melalui melalui doa, doa yang penuh pengharapan bukan doa yang syarat permintaan. Relasi yang mesrah dan mendalam dengan Kristus memungkinkan kita kita untuk menularkan komunikasi kasih itu kepada sesama. Hanya dengan tinggal bersama Kristus kita memperoleh rahmat, rahmat yang memberikan suka cita kepada orang yang kita jumpai. Kita semua dipanggil untuk menjadi agen komunikasi kasih dalam doa dan kesaksian. Doa tanpa kesaksian tidak berbuah apa-apa. Demikian juga kesaksian tanpa doa hanya mewartakan diri semata. Mari kita mohon rahmat Tuhan sembari membiarkan roh kudus meraja dalam diri kita sehingga kita memperoleh iman yang kokoh, iman yang bisa membangkitkan gairah pewartaan melalui komunikasi kasih dalam lingkungan kerja, keluarga dan masyarakat. Semoga Tuhan memberkati.
Fr. Ervino Hebry Handoko, SX