MINGGU BIASA KE XXI
ENGKAULAH MESIAS ANAK ALLAH
Bapak/ibu, saudara/saudari, rekan-rekan muda, dan anak-anak yang terkasih dalam Tuhan. Selamat pagi dan selamat berhari minggu. Pada hari ini, kita memasuki hari Minggu biasa ke-21. Bacaan-bacaan yang diperdengarkan kepada kita sungguh-sungguh menyentuh dan membuat kita tidak bisa tidak untuk merenungkannya. Yang mau saya bagikan adalah apa yang sungguh menyentuh saya dan fokus saya adalah pesan yang disampaikan oleh Injil. Meski demikian, saya tetap juga sedikit menyinggung bacaan pertama dan bacaan kedua. Saya memulai dari Injil. Dalam Kitab Suci, bacaan yang diperdengarkan kepada kita hari ini diberi judul: Pengakuan Petrus. Memang jika kita membaca Injil ini, ada dialog antara Yesus dengan para murid yang mana di dalamnya ada Petrus. Tetapi, pertanyaannya adalah apakah sungguh Petrus yang mengakui Yesus? Sebelum menjawab pertanyaan ini, saya berusaha membagi bacaan ini menjadi tiga bagian: Bagian pertama, dari ayat 13-14 yaitu pertanyaan tentang siapakah Yesus menurut orang banyak. Bagian kedua, dari ayat 15-16 yang berisi jawaban Petrus atas pertanyaan Yesus, dan bagian ketiga adalah 17-20 yang sedikit lebih panjang berisi tentang siapa sebenarnya di belakang jawaban Petrus dan pemberian tugas kepada Petrus. Dengan demikian, bacaan ini berciri konsentrik dengan pusat adalah sebuah pengakuan.
Selain itu bacaan hari ini juga sangat familiar bagi kita. Namun meski begitu, bacaan ini tetaplah sesuatu yang menakjubkan. Di ceritakan bahwa Yesus bertanya kepada para murid-Nya setelah mereka tiba di Kaisarea Filipi. Itu artinya Yesus baru saja melakukan perjalanan. Masih dalam bacaan yang sama, Yesus berkata kepada para murid bahwa Ia akan berangkat ke Yerusalem. Dengan demikian, jelaslah bahwa Kaisarea adalah tempat beristirahat sebentar bagi Yesus. Di tempat istirahat inilah pertanyaan-pertanyaan itu diajukan kepada para murid.
Bapak/ibu, saudara/saudari, rekan-rekan muda dan anak-anak yang terkasih dalam Tuhan
Setelah kita melihat beberapa pengantar di atas, saya sekarang masuk dalam tiga pembagian yang sudah saya buat. Pertama Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya tentang siapa Dia. Tetapi, pertanyaan ini sebenarnya tidak menyentuh pribadi para murid, karena jawaban para murid sebenarnya hanyalah kesan orang banyak atas diri Yesus. “Kata Orang siapakah anak Manusia itu?” Dan seperti yang tertulis di dalam Kitab Suci, jawaban para murid sangat kaya dan banyak. Dan atas jawaban ini, tidak ada yang benar ataupun tidak ada yang salah. Namun seperti ada suatu tuntutan. Para murid bisa menjawab pernyataan Yesus kalau mereka sudah pernah mendengar bahwa memang ada orang yang berkata bahwa Yesus adalah salah seorang nabi atau semacamnya. Dengan demikian berapa pun banyak jawaban itu, Yesus tidak lagi merespon.
Kedua, Pertanyaan yang bersifat pribadi. Pertanyaan ini sungguh menyentuh pribadi. “Lalu apa Kata-Mu siapakah anak manusia itu?” Terhadap pertanyaan ini, para murid tidak lagi bisa mengarang, tidak bisa rekayasa, tidak bisa mengada-ada. Terhadap pertanyaan ini para murid harus menjawab dengan pengalaman konkret dan pengalaman iman terhadap Yesus. Dan sungguh apa yang terjadi di sini sungguh luar biasa. Para murid yang “diwakili” Petrus memberi satu jawaban yang selama ini kita pahami sebagai pengakuan Petrus. Tetapi apakah sungguh pengakuan Petrus?
Ketiga: Pemberian tugas bagi para rasul yang juga diwakili oleh Petrus. Rupanya “pengakuan” Petrus mendatangkan suatu kepercayaan dari Allah untuk melakukan tugas misinya yaitu membebaskan orang dari dosa. Tugas ini menurut teks ini “seperti hadiah” dari Allah atas kecerdasan Petrus bisa menjawab pertanyaan Yesus.
Bapak/ibu, saudara/saudari, rekan-rekan muda dan anak-anak yang terkasih dalam Tuhan
Mari kita kembali ke pertanyaan di atas. Apakah Petrus yang mengakui Yesus sebagai anak Allah? Jawaban atas pertanyaan ini kita temukan dalam Injil sendiri. Dan ternyata bukan Petrus melainkan Allah sendiri yang mengakui bahkan Allah Bapa (16:17 Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga). Tentu saja kita bertanya kepada Petrus yang disebut berbahagia bahkan mendapat tugas untuk memegang pintu kerajaan Surga? Jawabannya adalah Allah menggunakan Petrus sebagai perantara. Petrus bukan aktor utama jawaban, melainkan hanya sarana untuk menyalurkan jawaban itu. Jadi, peran Petrus adalah sebagai medium bagi Allah untuk memberi kesaksian siapa Putra-Nya itu.
Untuk kehidupan Kita
Pesan yang mau Tuhan sampaikan kepada kita hari ini sungguh sederhana. Mari kita kembali pada tiga pembagian di atas. Pertama, kita diajak untuk mengenal Yesus dan Bapa melalui kesaksian hidup orang lain. Dari mereka kita bisa tahu bahwa Yesus adalah seorang Mesias atau seorang penyelamat. Tetapi mengenal atau mengetahui dari orang saja tidak cukup. Kita harus menjawab pertanyaan nomor dua. Karena pada pertanyaan nomor dua, kita menjawab berdasarkan pengalaman pribadi kita tentang Yesus dan BapaNya. Jawaban kita tidak bisa pura-pura, tidak bisa mengada-ada, tidak direkayasa. Jawaban kita adalah otentik. Misalnya, Bagi saya Yesus adalah Guru, karena darinya aku mendapatkan apa saja yang tidak saya temukan dan dapatkan di sekolah atau di masyarkat. Dengan demikian, harapan kita bahwa pada saat yang sama kita juga akan mendapat tugas yang sama seperti Petrus dan kawan-kawannya, entah menjadi religius dan atau awam. Harapan ini tentu saja berdasar pada kemurahan hati Allah. Karena seperti kata Paulus, tidak ada alasan apapun dari kita untuk menuntut sesuatu dari Allah, karena semuanya berasal dari Dia.