Renungan Minggu Biasa XXIII
“Setiap orang yang tidak melepaskan diri dari segala miliknya,
Hari ini adalah hari Minggu pertama yang membuka perayaan Bulan Kitab Suci Nasional dengan tema “Keluarga Bersaksi dan Mewartakan Sabda Allah.” Dengan adanya perayaan Bulan Kitab Suci Nasional ini, diharapkan kepada kita umat beriman entah secara pribadi, komunitas dan keluarga untuk dapat lebih dekat dengan Yesus, Sang Sabda melalui Kitab Suci. Kita diajak untuk lebih mendalami, merenungkan dan memahami bacaan-bacaan dalam Kitab Suci yang pada akhirnya dapat mengantar kita pada Sang Sabda.
Bacaan Injil hari ini pun mengajak kita untuk lebih memahami apa yang dimaksudkan Yesus melalui perumpamaan-perumpamaan yang diberikan-Nya. Apakah memang benar bahwa Yesus menyuruh untuk membenci keluarga; bapa, ibu, istri saudara/i dan bahkan nyawa sendiri agar dapat mengikuti Dia? Bagi saya pribadi, bukan begitu yang ingin dimaksudkan oleh Yesus. Tetapi, panggilan menjadi murid Kristus tentunya memang membutuhkan pengorbanan. Artinya, ada sesuatu yang direlakan, dilepaskan, ditinggalkan dan direlativisir jika memang ingin menjadi murid Yesus yang sejati. Mengikuti Yesus berarti bahwa menjadikan Yesus sebagai yang utama, satu-satunya tujuan dan menjadikan-Nya lebih dari segala-galanya. Dengan begitu, cinta dan kasih sayang yang kita berikan kepada-Nya haruslah lebih besar daripada cinta yang kita berikan kepada keluarga, sanak saudara bahkan kepada diri (nyawa) kita sendiri. Kita diajak untuk mencintai-Nya lebih total.
Inilah pengorbanan yang dapat diperjuangkan oleh pengikut Kristus yang sejati. Hal ini pulalah yang ditemukan dalam perumpamaan yang diberikan Yesus untuk menjelaskan arti mengikuti Dia. Sekali lagi, kita diajak untuk mempertimbangkan mana yang lebih utama dan baku, dan mana yang tidak. Dengan memilih untuk menjadi murid-Nya, artinya kita berani untuk meninggalkan segala yang kita miliki; keluarga, harta benda, cita-cita bahkan nyawa kita sendiri. Inilah pengorbanan dan salib pertama yang harus dipikul oleh seorang murid yang sejati. Akan tetapi, dengan meninggalkan bukan berarti kita dituntut membenci, melainkan dituntut agar mengarahkan cinta, kesetiaan dan perhatian kita hanya kepada yang lebih utama, yaitu demi kemuliaan Tuhan. Bukankah Yesus telah berkata bahwa “ setiap orang yang tidak melepaskan diri dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.” Bagi saya, inilah makna terdalam yang dapat saya temukan dalam bacaan Injil hari ini.
Dalam Bulan Kitab Suci Nasional ini kita pun diajak untuk meluangkan waktu untuk membaca dan mendalami Kitab Suci agar dapat lebih dekat dengan-Nya dan memahami apa yang dikehendaki-Nya untuk kita. Dengan membaca Kitab Suci kita pun diajak untuk bertekun dalam doa dan terbuka pada rahmat Allah agar dapat menjadi pribadi yang bijak dan pebuh kasi kepada Allah dan sesama. Semoga perjumpaan kita dengan Kristus melalui Kitab Suci, juga semakin mendekatkan kita kepada sesama. Amin.
Fr. Gindo Fernando T, SX