Renungan Minggu Biasa V
Berjumpa dengan Yesus dalam Pengalaman Sederhana
Luk 5:1-11
Pengetahuan dan pengalaman meruapakan dua hal yang sulit dipisahkan. Meskipun demikian, keduanya mempunyai kualitas yang berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu mengkomunikasikan sesuatu kepada orang lain berdasarkan apa yang kita rasakan dan apa yang kita jumpai bukan akan sesuatu yang kita pikirkan. Dalam hal ini, pengalaman merupakan suatu hal yang paling penting jika dibandingkan dengan pengetahuan. Misalnya, kita tidak mungkin mengatakan bahwa pete itu bikin bete karena baunya, jengol bikin jengkel karena aromanya tanpa kita pernah terlebih dahulu menikmatinya. Atau kita tidak mungkin mengatakan bahwa cinta itu indah tanpa kita sendiri pernah merasakan pengalaman mencintai dan dicintai. Kita juga tidak mungkin mengatakan bahwa Yesus itu baik dan selalu membuat mukjizat kalau kita tidak mengalami pengalaman disapa oleh Yesus. Injil hari ini mencoba merangkai pergumulan hati Simon Petrus ketika berhadapan dengan Sang Guru. Ungkapan “Guru telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menagkap apa-apa,” menunjukan bahwa Petrus masih ragu dengan perintah Yesus.
Keraguan merupakan hal yang wajar karena Petrus sendiri belum pernah merasakan mukjizat bersama Yesus. Namun, hal ini bukan berarti Petrus tidak menaruh kepercayaan kepada Yesus melainkan karena memang kenyataan bahwa ikan itu sulit didapatkan apalagi pada siang hari. “Tetapi karena perkataan-Mu itu, akau akan menebarkan jala juga,” menunjukan bahwa Petrus masih percaya akan sesuatu yang berada di luar pengetahuan akal budinya. Percaya akan sesuatu yang belum pernah dirasakan dan dialaminya. Hal ini menunjukkan adanya lompatan iman yang dialami oleh Petrus. Dia merasakan bahwa dirinya betul-betul disapa oleh kehadiran Yesus. Dia percaya bahwa Yesus bisa melakukan itu. Kerendahan hati yang ditampilkan oleh Petrus membuat Yesus tergerak untuk memberikan sesuatu yang tak pernah dipikirkan oleh Pertus. Hal ini mau menunjukkan bahwa sesungguhnya rahmat keselamatan Allah itu hadir di saat kita putus asa. Allah, melalui Putra-Nya Yesus Kristus, mengajak kita semua untuk membuka diri pada setiap sapaan-Nya.
Pengalaman iman Petrus menjadi penuh ketika dia menyadari bahwa sesungguhnya sosok yang ada bersamanya adalah Allah sendiri. Kata-kata Petrus: “Tuhan, pergilah dari hadapanku, karena aku ini seorang berdosa,” merupakan ungkapan kerendahan hati Petrus. Kerendahan hati dan kesederhanaan yang ditampilkan oleh Petrus justu membuat dirinya dipanggil menjadi penjala manusia. Pengalaman akan panggilan Petrus menyadarkan kita bahwa semua manusia dipanggil untuk sebuah misi keselamatan. Yesus tidak memandang gelar, pangkat, dan harta yang kita kumpulkan. Yesus justru memanggil orang yang sederhana yang selalu membuka diri akan karya keselamatan Allah. Marilah kita memohon rahmat Allah agar kita mampu menjadi pribadi yang tekun, terbuka, dan bersedia memberi diri untuk diperbarui oleh kasih Allah.
Fr. Ervino Hebry Handoko