Renungan Th.B Minggu Biasa XIX

Menjadikan Dunia Satu Keluaga

Renungan Th.B Minggu Biasa XIX

Permintaan

Yes. 53:10-11Mzm. 33:4-5,18-19,20,22Ibr. 4:14-16;Mrk. 10:35-45

Yakobus dan Yohanes mengajukan sebuah permintaan yang merupakan gambaran terdalam dari apa yang mereka mengerti tantang Yesus. Mereka memhami Yesus sebagai sang mesias yang memiliki kekuasaan dan bisa berbuat sekehendaknya sehingga mereka meminta tempat kepada Yesus apabila kelak berada dalam kerajaanNya. Akan tetapi, Yesus mengetahui apa yang ada dalam pikiran mereka dan memberi jawaban tentang siapa yang pantas untuk duduk di kiri dan kananNya adalah kehendak dari Sang Bapa. Walaupun demikian, jawaban Yesus justru di mengerti oleh Yakobus dan Yohanes secara harafiah.

Perasaan manusiawi yang dimiliki oleh Yakobus danYohanes merupakan sebuah gambaran betapa mereka sangat cemas tentang kehidupan dan masa depan mereka. Mereka tidak sadar tentang siapakah Yesus yang sebenarnya meskipun mereka ada bersama dengan Dia, mereka ingin menjadi orang yang terpandang yang akan di hormati. Akan tetapi, Yesus justru menimpali mereka untuk bersedia bukan untuk menjadi orang yang harus di layani melainkan orang yang harus melayani. Penekanan persoalan menjadi seorang pelayan menjadi sangat jelas di gambarkan oleh Yesaya. Yesaya menggambarkan orang yang bersedia berkurban—melayani—bagi orang lain adalah orang yang dikehendaki oleh Yesus. Bacaan ini sebenarnya ingin mengetuk hati dan budi kita semua untuk memikirkan tantang panggilan hidup kita terutama untuk menjadi seorang Katolik yang menurut perkataan Yesus adalah orang yang bersedia bukan untuk dilayani melainkan seorang yang harus melayani orang lain.

Permintaan Yakobus dan Yohanes merupakan permintan yang justru membawa kita untuk duduk di kanan dan kiri Yesus yaitu bersama-sama dengan Dia memikul salib dengan menjadi seorang pelayan sebagaimana yang telah dilakukan oleh Yesus. Kesadaran tentang kerajaan Allah yang tidak seperti yang dipikirkan atau seperti kerajaan duniawi merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi secara terus menerus karena sifat dasar manusia yang cendrung mencari keuntungan dan kemualiaan diri. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain selain secara perlahan-lahan berusaha sembari menyerahkan diri dan mengakui di hadapan Allah bahwa kita adalah manusia lemah karena hanya dengan demikian kita akan menjadi seorang yang selalu berada bersama dengan Yesus, duduk di kanan dan kiriNya. Perlu diingat bahwa anjuran untuk menjadi pelayan bukanlah untuk hal-hal yang besar akan tetapi menjadi pelayan dalam hal-hal yang kecil yang terjadi pada kehidupan sehari-hari kita, baik dalam keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkungan tempat dimana kita hidup.

(Fr.Adrian Safrudin)

Leave a Reply

Your email address will not be published.