Bersilaturahim ke Pesantren Ciganjur

Menjadikan Dunia Satu Keluaga

Bersilaturahim ke Pesantren Ciganjur

Ciganjur, 14/05—Sesuai dengan program sei.Dialog CPR 42, hari ini para frater CPR 42 dan P.Marini melaksanakan silaturahim ke Pesantren Gus Dur di Ciganjur. Perjalanan dari skolastikat menuju Pesantren Ciganjur ditempuh dengan waktu yang cukup singkat, yakni sekitar lima puluh menit dengan menggunakan mobil kijang dan minibus L300. Kunjungan ke Pesantren Ciganjur ini merupakan kunjungan yang kedua kalinya setelah yang pertama dilaksanakan dua tahun yang lalu.

Setelah tiba di tempat tujuan, para frater dan P.Marini disambut dengan hangat oleh para santri yang telah menanti kedatangan komunitas CPR42. Mas Hafiz selaku pak lurah (baca:koordinator pesantren) menyampaikan rasa gembiranya atas kedatangan komunitas CPR42. “Kalau sekarang umat Katolik bertemu umat Muslim, hari Sabtu nanti giliran nabi Muhammad bertemu dengan nabi Isa-Almasih di surga…” ungkap mas Wawan (salah satu santri) yang disambut dengan tawa para frater dan santri. Kemudian, pemimpin rombongan CPR42, Frater Gam juga turut menyampaikan kebahagiaan dan terima kasih atas kesediaan para santri menerima komunitas CPR42.

IMG_0014

Para santri dan frater ngobrol sersan

Acara selanjutnya adalah ngobrol-ngobrol sersan (serius tapi santai). Obrolan menjadi cukup serius karena tidak hanya berkaitan dengan kehidupan keseharian para santri, tetapi juga membahas isu-isu yang hangat baik dalam lingkungan umat Katolik dan umat Islam. Isu-isu tersebut berkaitan dengan hukuman mati dan perkawinan beda agama menurut ajaran Islam dan Katolik. “Di dalam Al-Quran memang tertulis perihal hukuman mati (qisas) , tetapi sesungguhnya di balik kisah tersebut tersirat pesan untuk mengampuni,” ujar mas Wawan.

IMG_0103

P.Marini makan bersama para frater dan santri

Setelah puas mengobrol, para frater dan Pastor Marini ditemani para santri berkeliliing pesantren dan mengunjungi Masjid Al-Munawarroh hingga jam makan siang. Makan siang dilaksanakan dengan tradisi para santri yakni tiap lima orang makan bersama dengan tangan dan menggunakan satu piring besar. “Walaupun makannya seperti pertandingan liga inggris (baca:cepat, akurat), suasana persaudaraan selalu di depan,”komentar Frater Hebry.  Hal yang senada dikatakan juga oleh Frater Berto, “Saya belajar untuk menahan nafsu untuk makan banyak dan mengasihi teman-teman yang ikut makan bersama saya.”

Ketika di tanya tentang kesan atas kunjungan ini, beberapa frater memiliki kesan yang berbeda-beda. “Menurut saya, ini merupakan bentuk konkret perwujudan misi Xaverian dalam menjadikan dunia satu keluarga,” ujar Fr.Eki dengan bangga. “Saya sangat senang karena dengan kunjungan ini saya mendapat banyak saudara dan wawasan yang baru,” ungkap Fr.Hebri.

(Ivan)

Leave a Reply

Your email address will not be published.