Kekuatan Salib Kristus

“…dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.” (Yoh 12:32)
Pengorbanan Yesus di salib menarik seluruh kebudayaan, tata negara dan seluruh kehidupan manusia kepada suatu pembaruan. Dengan darahnya, Yesus menyucikan manusia dari dosa. Dengan tubuhnya yang tersalib, Ia menunjukkan cinta-Nya yang penuh kepada manusia. Dengan seluruh diri-Nya, Ia ingin agar seluruh isi dunia menjadi baru; terbebas dari kuasa dosa yang mengantar manusia pada ketakutan dan kematian.
P.Guilermo yang akrab dipanggil “Padre Memo” oleh para Frater Xaverian berkesempatan memimpin rekoleksi bulanan di komunitas CPR42, Jumat (20/3) lalu. Kali ini beliau memimpin rekoleksi dengan tema “Spiritualitas Salib”. Selain memaparkan beberapa bahan refleksi yang dikutip dari beberapa sumber, beliau juga sempat menceritakan pengalamannya tentang salib hidup yang pernah ia miliki.
Selama menjalankan misinya sebagai misionaris Xaverian, P.Memo merasakan hebatnya kekuatan salib Kristus. Salib menurutnya mempunyai daya yang mengubah penghinaan menjadi kemuliaan, kesedihan menjadi kegembiraan dan kelemahan menjadi kekuatan. Pernah pada tahun 2008, ia merasakan beban salib yang sangat berat. Kala itu beliau sudah resmi diutus ke Indonesia. Segala hal sudah beliau persiapkan dengan sebaik mungkin. Akan tetapi, beberapa hari sebelum keberangkatannya, pihak imigrasi belum mengizinkannya untuk ke Indonesia. Marah, kecewa dan sedih beliau rasakan. Setelah mencurahkan isi hatinya kepada Yesus tersalib beliau mendapat kekuatan untuk tidak putus asa dan tetap semangat menjalani misinya di Filipina.
Di akhir rekoleksi, P.Memo memberi beberapa pertanyaan reflektif. Peristiwa apa saja yang merupakan salib Kristus bagi diriku? Mampukah saya mencintai Allah dan sesama? Apakah pewartaan injil dapat dipisahkan dari salib? Kenapa kerendahan hati dibutuhkan untuk menyerupai Kristus?
“Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.” (1 Kor:25)
-Ivan-