Renungan Minggu Prapaskah V

Menjadikan Dunia Satu Keluaga

Renungan Minggu Prapaskah V

Minggu Prapaskah V

Yer. 31:31-34Mzm. 51:3-4,12-13,14-15Ibr. 5:7-9Yoh. 12:20-33 

“Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang Aku katakana? Bapa, selamatkanlah aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang kedalam saat ini.”

Semua orang Kristiani mengakui bahwa Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Di suatu pihak Dia sama dengan manusia dan di pihak lain Dia berbeda dengan manusia. Perbedaannya akan sungguh nyata bila kita menyandingkan logika Yesus dengan logika manusia. Akan tampak sebuah ke-‘gila’-an yang luar biasa, bahwa Yesus mau mengorbankan seluruh diri-Nya demi manusia. Saya mengasumsikan bahwa ke-‘gila’-an logika Yesus dilatarblakangi oleh sebuah dorongan yang sangat besar yaitu CINTA. Cinta—kepada manusia—yang membuat Yesus dengan penuh semangat dan tanpa takut mengorbankan diri-Nya.

Bila dilihat dari sudut pandang manusia, Yesus bisa saja menggunakan dimensi keAllahan-nya untuk menghindarkan diri dari pengurbanan yang harus Ia jalani. Ia bisa mengadakan sebuah mukjizat  yaitu dengan menjadikan semua orang Yahudi bukannya membenci diri-Nya melainkan mencintai-Nya. Tidak! Yesus justru mau menunjukan bahwa Ia sangat mencintai manusia dan Ia memiliki ketaatan kepada Bapa-Nya bahwa untuk itulah Ia hadir di dunia. Seringkali, kita menghindari segala sesuatu jialau kita mengetahui bahwa sesuatu itu akan memberi dampak yang tidak mengenakkan bagi kehidupan kita. Kita cendrung menghindari orang-orang miskin, kecil dan papa hanya karena kita takut ketularan penyakit. Rasa kemanusiaan kita seolah-olah menghilang hanya karena konsep dalam pikiran kita, entah itu konsep tentang kesehatan, gensi, kekuasaan, superioritas, dan sebagainya.

Pada hari ini, Yesus mau menunjukan kepada kita semua bahwa CINTA dapat membawa kita kepada sebuah ketulusan pengorbanan yang sejati. Pertanyaannya adalah apakah kita mampu membuka seluruh hidup kita untuk CINTA? CINTA, “ya” hanya karena manusia yang terlebih dahulu memiliki cintalah yang mampu mencintai orang lain.

(Fr. Adrian Taluk)

Leave a Reply

Your email address will not be published.