Dialog Bersama Ibu Mariana Amiruddin
CPR 42, Dialog antaragama Wisma Xaverian Cempaka Putih Raya 42 terus bergulir. Kehidupan untuk menemukan rasa cinta dan pengertian antarumat beragama senantiasa memenuhi hasrat kehidupan manusia akan cinta. Cinta terhadap Tuhan, cinta terhadap sesama dan cinta terhadap alam. Sebuah cinta yang universal.
“Orang yang mampu menghormati dan menghargai orang lain adalah orang yang mampu berpikir secara terbuka.”
Pada dialog antaragama di Wisma CPR 42 bulan ini (21/2), kami mengundang Ibu Mariana Amiruddin untuk membahas dan membagikan pengalamannya tentang “Radikalisme di dalam Islam”. Tentunya tema ini cukup sensitif di dalam benak kita masing-masing, terlebih dengan adanya peristiwa Charlie Hebdo, kelompok Boko Haram di Afrika dan masih banyak lagi. Akan tetapi, beliau menjelaskan bahwa radikalisme itu berbeda dengan ekstrimisme. Menurut Ibu Mar, radikalisme diterjemahkan secara sempit di dalam bahasa Indonesia, padahal jika melihat pengertian secara etimologis, radikalisme merupakan suatu paham yang mengakar kuat pada diri seseorang. Sementara itu, menurut Ibu Mar, yang sering dilihat sebagai radikalisme di Indonesia adalah ekstremisme.
Indonesia memang terkenal dengan negara yang plural di mana di dalamnya terdapat berbagai jenis suku, agama, bahasa dan budaya. Akan tetapi, di dalamnya juga perlu suatu perjuangan yang besar dalam menjunjung tinggi keberagaman tersebut. Dalam dialog yang telah terlaksana ini, besar harapan kami bahwa setiap orang semakin memiliki cara pandang atau cara berpikir yang terbuka terhadap kondisi sekitar dan terbuka terhadap pemikiran orang lain. Semoga dengan berdialog kita semakin mengenal satu sama lain sebagai “yang sama” di dalam diri “yang lain”.