Dialog Antaragama Maret 2014: Mengenali Keberagaman Islam
“Sepanjang sejarah umat manusia, tidak ada konflik yang lebih kejam melebihi konflik berjubah agama atau keimanan, meski di lain pihak kita tahu, tidak ada persahabatan yang lebih hangat dan tulus seperti yang terjalin antara umat beragama. Untuk itu janganlah kita, umat beragama, pernah merasa lelah untuk menyadarkan diri kita sendiri bahwa agama dalam lembaran kitab memang suci dan ilahi, tetapi keberagaman yang ada dalam hidup kita sehari-hari hanyalah bagian dari jati diri kita yang berdarah, berdaging, dan duniawi,” demikian ungkap Kiai Masdar Farid Mas’udi dalam dialog antaragama di Wisma Xaverian, Sabtu, 22 Maret 2014 yang lalu.
Acara yang dilangsungkan sejak pukul 17.05 tersebut bertemakan “Memahami Islam: Antara Sunni-Syiah-Khawarij/Wahabi”. Acara yang dimaksudkan untuk mengembangkan wawasan antariman tersebut dihadiri oleh 50-an peserta diskusi lintas agama.
Untuk memudahkan pemahaman, Kiai Masdar melakukan penyederhanan kompleksitas keragaman dalam Islam: Sunni-Syiah-Wahabi. Menurutnya, ketiganya dicirikan oleh pertama, pola pemahaman, pengalaman, dan penghayatan keagaman yang bertumpu pada otoritas teks atau ajaran. Kedua, pola pemahaman, pengalaman, dan penghayatan keagaman yang bertumpu pada tokoh atau figur. Ketiga, yang dengan susah mencoba menyeimbangkan keduanya. Ciri pertama terdapat dalam tradisi Wahabi, ciri kedua terdapat dalam tradisi Syiah, dan ciri ketiga dikembangkan oleh Sunni.
Tentang berbagai pertikaian yang tak jarang berdarah, Kiai Masdar menyatakan bahwa konflik semacam itu seringkali lebih digerakkan oleh perebutan pengaruh, pengikut, atau sederhanannya isu politik dan kekuasaan. Isu perbedaan keyakinan hanyalah unsur sekunder dalam konflik.
Pemaparan Kiai Masdar disela dengan kesempatan Shalat bagi umat Islam. Selanjutnya, sesi diskusi, foto bersama, dan makan malam bersama. Sampai jumpa di kesempatan dialog antaragama selanjutnya. (red).